Friday, 25 April 2008

Miskin...? sapa takut..!

Tak ada kebahagiaan tanpa berpayah-payah terlebih dahulu...

Seperti roda berputar, kadang ada di atas, kadang ada di bawah...

                                    

Apa penafsiran tentang miskin?

Tak boleh melihat sesuatu dari penampilan saja, meski memang itu utama sebagai seorang muslim yang bersih dan rapi. Jika tak mampu... bukan berarti ia tak mempunyai atau tak bermaksud ingin terlihat istimewa. Bisa jadi adalah ingin menjadi sosok sederhana.

 

Ada pepatah rumput tetangga lebih hijau warnanya...

Lho, padahal sama-sama keringnya karena nggak disiram, hehe... (bagi yang punya taman, tentunya...). Tak ada habisnya melihat yang lain selalu lebih dari diri... padahal ada makna tersembunyi yang belum ditemui.

 

Boleh ya, ambil-ambil dari buku juga... ^_^

Ngambilnya dari buku berjudul ‘Daun Berserakan” karya Palgunadi T. Setyawan.

 

Nabi SAW bersabda :

“Sebuah negeri menjadi makmur dengan adilnya penguasa, pandainya kaum cendekiawan, dermawannya orang kaya dan do’anya orang miskin.”

 

Fakta sejarah memang menunjukkan bahwa kaya identik dengan kuat sedang miskin sama dengan lemah.

 

Zaman Nabi masih hidup pun para sahabat kadang masih berpandangan pragmatis (bersifat praktis).

Seorang sahabat, Abul ‘Abbas Sahal berkata, “Ada seorang laki-laki lewat di depan Nabi SAW. Kemudian beliau berkata kepada sahabat yang duduk di sampingnya, “Bagaimana pandanganmu tentang orang yang baru lewat itu?”

Sahabat menjawab, “Orang itu termasuk bangsawan. Demi Allah orang itu sangat pantas untuk diterima bila ia meminang dan bila ia memintakan bantuan niscaya akan berhasil.”

Rasulullah SAW diam.

 

Kemudian ada pula seorang yang lewat, lantas Rasulullah SAW bertanya kepada sahabatnya, “Bagaimana pandanganmu tentang orang yang baru lewat itu?”

Sahabat itu menjawab, “Wahai Rasulullah, orang itu termasuk orang Islam yang fakir. Orang itu pantasnya bila meminang tidak diterima dan bila ia memintakan bantuan niscaya tidak akan berhasil dan bila ia berkata niscaya tidak akan didengar perkataannya itu.”

Rasulullah SAW bersabda, “Orang itu lebih baik daripada apa yang memenuhi bumi. Orang itu seperti itu.”

 

Nah, kadang kita masih menilai seseorang dari fisiknya, bukan?

 

Nabi SAW bersabda, “Segala sesuatu ada kuncinya dan kunci surga adalah mencintai orang miskin.”

 

Haritsah bin Wahab berkata bahwa ia telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kamu sekalian aku beritahu tentang penghuni surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan diremehkan, tetapi kalau ia berbuat baik kepada Allah niscaya Ia menganggapnya bagus. Dan, maukah kamu sekalian aku beritahu tentang penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang kasar, keras dan sombong.”

(HR. Bukhari & Muslim).

 

Jadi, lebih baik miskin fisik (harta) tetapi kaya hati dan jiwa...

Meski miskin, tetapi kaya ilmu seperti Ali bin Abi Thalib...

 

“Allah telah meninggikan orang yang beriman di antara kalian dan orang yang menuntut ilmu beberapa derajat...” (QS. Al-Mujaadalah : 11).

 

Superioritas orang alim bahkan lebih ditakuti setan daripada ketekunan orang yang beribadah.

 

Rasulullah SAW pernah mengisahkan :

“Pada suatu hari, ada setan yang dijumpai kawannya sedang lari tunggang langgang. Ketika ditanya mengapa sampai begitu, setan tersebut menjawab bahwa ia berencana memasuki mushala untuk menggoda seorang awam yang sedang sholat. Namun baru saja menginjakkan kakinya di teras, didapatinya seorang alim sedang tidur di sana. Orang inilah, kata setan tersebut yang membuatnya menghambur lari ketakutan.”

 

Orang yang alim lebih ditakuti setan (meskipun dalam keadaan tidur) daripada orang yang sedang sholt tapi bodoh. Sebab ia tidur dengan menggunakan ilmunya sedang orang yang shalat tersebut mungkin hanya asal sholat belaka.

 

Meski miskin, tapi kaya iman...

Keimanan menjadi syarat penting bagi kemuliaan seseorang di mata Allah maupun masyarakat. Orang yang kaya dengan iman (biasanya dikatakan dengan imannya kuat) akan dijuluki masyarakat sebagai orang yang baik. Walhasil, menjadi orang yang kaya iman akan membuat seseorang terhormat dunia plus akhirat.

Orang kaya harta nilainya 10, kaya ilmu nilainya 100, maka kaya iman dengan syarat berilmu pula, nilainya 1000.

 

Tentu kita akan memilih kekayaan tertinggi, kan?

Adakah yang lebih tinggi dari kaya iman?

 

Yuk... lanjut...

 

Meski miskin, kaya amal sholeh...

Setiap kekayaan yang ada, didasari oleh iman. Orang yang terhormat adalah orang yang kaya dengan ilmu, iman dan amal sholeh. Kehadirannya di tengah-tengah masyarakat membawa manfaat yang baik menurut ajaran agama.

 

Nabi SAW bersabda, “ Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”

 

Miskin, kaya kemuliaan...

“Sesungguhnya Kami telah memuliakan manusia dan Kami membawa mereka di darat dan di lautan serta kami beri rizki mereka itu dari segala sesuatu yang baik-baik, juga Kami lebihkan keutamaannya itu di atas sebagian besar makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’ : 70).

 

“Isy kariman, a u mut syahidan ‘hidup mulia atau mati syahid’.”

Allah sudah menunjukkan “The Straight Path”...

 

Dan setiap perihal kekayaan yang ada jika tidak didasarkan pada iman, maka semua menggelincirkan diri sendiri.

 

Saat kita membaca sejarah Islam, akan banyak kita temui sosok yang kaya harta, kaya ilmu, kaya iman, kaya amal dan kaya kemuliaan...

Dan karena banyak sekali kisah para sahabat dan tabi’in ini, sahabat semua bisa membolak-balik buku-buku yang dipunyai...

(en ntar bagi-bagi hikmahnya, jangan pelit ilmu, hehe...).

 

Semoga keteladanan para sahabat dan tabi’in dapat memberikan tambahan pengetahuan di saat kita sedang terlupa. Amin.

 

So... miskin? Sapa takut...!

5 comments:

Swit Yoelie said...

Bener...karena didalam buku aku juga barusan baca kemaren,"bahwa yang banyak menghuni surga nanti adalah orang-orang miskin,...makasih ilmunya teh...

ahmed fudhail said...

mana yg lebih mulia..hamba yg miskin tapi bersabar atau hamba yang kaya tapi bersyukur?hayoo, klw disuruh milih yg mana?

Likah - Syafa Azizah said...

saat Fatimah Az-Zahra meminta seorang khadimat untuk membantu pekerjaannya, Rasulullah meminta agar bersabar dengan yang ada...

hmmm... ane memilih seperti Fatimah...
sedangkan hamba yang kaya tapi bersyukur, wah banyak para sahabat mencontohkan hal demikian, subhanallah...
dengan hartanya, sikap kedermawanan demikian melekat di dalam diri mereka...

semoga masih ada hal demikian di hati dan diri para orang kaya ^_^
agar yang miskin dan terbelakang terbantu juga... amiin...

sapoy karpov said...

mau kasih komen juga mba... jika Allah menakdirkan hamba sebagai orang miskin namun memiliki kemampuan untuk bersabar, maka hamba jadikan kesabaran itu kekayaan yang patut hamba syukuri... jadi dibalik pertanyaan itu sendiri sudah ada jawaban terbaiknya... miskin bersabar = kaya bersyukur... dan double pula didapat.... sungguh kiranya perbedaan antara orang miskin dan orang kaya apabila masuk surga nanti adalah 500 tahun hitungan akhirat (kalau tidak salah)... tak banyak pertanyaan yang ditanyakan kepada sang miskin mengenai bagaimana harta itu diperoleh, kemana mengalirkannya, dll. subhanallah...


(aku mencintaimu ibu, maaf bila aku masih terlihat kurang dimatamu)

Likah - Syafa Azizah said...

thank you for share too... ^^