Tuesday, 15 April 2008

Yang sering terlupakan...

Membaca tapi tak menghayati dan mengamalkan...

(yang dimaksud : membaca Qur’an, membaca alam, dan lain-lain...)

Menasihati tapi tak ingatkan diri sendiri...

Meminta tapi tak memberi...

Mengkritik tapi tak mau dikritik...

Meminta pertolongan tapi tak mau menolong...

Berbahgia tapi tak mau berpayah dan bersusah...

 

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sungguh amat besar kebencian di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

(QS. As-Shaff : 2-3).

 

Seorang teman sering mengatakan bahwa kiamat sudah dekat, tapi masih saja perilaku tidak berubah. Lho...

Masih cinta dunia, katanya.

Dalam sebuah ungkapan saat bersama teman yang lain, taruhlah dunia dalam genggaman dan taruhlah akhirat dalam hatimu. Ini yang selalu menyemangati saya – betapa segala sesuatu sudah Allah berikan dengan segala keridloan-Nya..

 

Selama usia masih di kandung badan, bukankah pembelajaran adalah setiap waktu, dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun... maka alangkah merugi, jikalau ingin berubah tetapi masih sulit karena jawaban cinta dunia – sesungguhnya dunia itu sendiri yang akan terus melenakan dan menghancurkan diri. Semakin dituruti keinginan, semakin besar yang ingin didapatkan...

Padahal yang paling dekat di sisi kita adalah maut yang bisa datang menjemput kapanpun juga... saat sedang tertawa, bersedih dan mungkin pada saat tadi... masih cinta dunia. Naudzubillahi min dzalik...

Alangkah tiada berarti rasanya. Padahal sebutir pasir memberi arti akan keadaannya di dunia ini, apalagi kita sebagai khalifah di muka bumi yang diberi akal untuk berpikir atas penciptaan-Nya. Dan tiada sesuatupun yang diciptakan-Nya dengan sia-sia...

 

Masa-masa amat cepat berlalu...

Berangkat dari setiap pengalaman di setiap waktu, banyak pelajaran dan hikmah yang terurai di setiap langkahnya. Jatuh bangunnya kehidupan, mestilah mampu menjadi asupan energi untuk terus memperbarui diri.

 

Rindu pada kedamaian

Rindu pada ketenangan

Rindukan kesejahteraan dan juga kedamaian...

Rindu kepada Tuhan...

(Hijjaz)

 

Jiwa kita tentu merindu pada sang Pencipta, rindu pada kekasih-Nya Rasulullah yang begitu mencintai ummatnya.

Lantas langkah apa yang menyurutkan kita untuk mencintai-Nya karena alasan cinta dunia. Dunia masih setetes kenikmatan, karena memang tidak sempurna - karena masih ada kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan oleh mata, yaitu surga.

 

Semoga jiwa kita adalah jiwa perindu kepada-Nya...

 

Sering terlupakan perihal ini dan juga perihal yang tertulis di atas sebelumnya. Saat kita ingin sesuatu, barulah kita meminta – tapi diri sendiri amat sering menolak membantu yang lain (tentunya di sini dalam hal apapun dalam ketaatan kepada-Nya).

 

Alangkah nikmatnya bermuhasabah bersama-Nya. Dengan terus melihat dan memperbaiki diri di setiap waktu. Dengan demikian, maka menyalahkan diri sendiri adalah lebih baik daripada kita saling menyalahkan. Segala sesuatu ingin berubah, tapi tak pernah merubah diri sendiri...

Dan... kini saatnya, semoga tidak ada yang terlupakan lagi...

InsyaAllah...

No comments: