Tuesday, 27 May 2008

lintasan peristiwa...

Sejak beberapa waktu lalu, di tempat saya bekerja... diberlakukan peraturan, tidak boleh masuk di hari Sabtu. Meski ada yang masuk, jika mati lampu maka genset tidak akan dihidupkan. Tetapi jika para pekerja di lokasi pengeboran minyak, meski hari libur tentu tetap masuk (karena memakai waktu shift). Dan meski di office banyak yang masuk di hari tersebut, tetap tidak akan mendapatkan hasil lembur, ini info terakhir yang saya terima dari rekan.

Dari sekian hal, perkiraan saya mengarah pada penghematan BBM (kayak peneliti, aja...), karena solar industri yang terpakai selama sebulan sejumlah + 5000 liter, apalagi harga terus berubah dan mengalami kenaikan yang tidak tanggung-tanggung.

 

Wallahu’alam jika terdapat hal lain...

 

Namun bagi beberapa rekan, hal ini agak menyulitkan pendapatan mereka... karena selain BBM yang naik, maka penghasilan tambahan dari lembur juga tidak diperoleh, akibatnya mereka harus ekstra hemat (sedang saya masih kontrak hingga tahun depan dan masih harus super hemat dari mereka yang karyawan permanen). Dan juga di sisi lain, jika ada karyawan tambahan... maka memakai pihak ketiga (outsourching) untuk mengurusnya, sehingga karyawan baru tersebut tidak bisa menjadi karyawan permanen dan hanya bisa kontrak seterusnya... (bukannya di daerah Jawa hal ini sudah mau dihapus?).

 

Wah, sungguh saya jadi mumet sendiri...

 

Kemarin di salah satu channel televisi membahas ‘mahalnya pendidikan’, terus harga-harga yang kian menanjak tajam dan naiknya tarif kendaraan angkot... pufffh...

Kok, makin beruntun nih permasalahan di dalam negeri...

 

Saat melihat channel yang lain, saya juga baru mengetahui kalo ada pemulung sayur, yang menjual sayuran dari hasil memulung tadi dengan harga lebih murah.

Ibu saya lantas berujar, “Alhamdulillah, meski susah dan masih menyewa rumah... aku masih bisa memberikan anak-anakku dengan makanan yang sehat dan bergizi.”

Saya jadi laper karena belum makan seharian... ^_^

 

Sungguh saya tak bisa membayangkan dengan apa yang akan terjadi kemudian, setelah harga-harga barang pokok telah melonjak sebelum harga kenaikan BBM ini... bantuan yang diberikan untuk mereka yang tidak mampu, tentu tidak bisa mencukupi atau banyak membantu.

 

Seorang tetangga saya berkata, “Lebih baik sediakan saja lapangan pekerjaan, daripada menaikkan harga BBM. Jadi semua bisa merasakan bagaimana bekerja dengan hasil sendiri tanpa bantuan yang tidak seberapa. Dan tentunya harga-harga kebutuhan pokok jangan dinaikkan, malah kita nggak bisa makan nanti...”

 

Sedang yang lain hanya bisa mengelus dada dan banyak yang di hari kemarin sewaktu Pilkada KALTIM (26-05-2008) tidak datang ke TPS, karena mereka malas akibat banyak calon di manapun yang kebanyakan janji tapi tidak ditepati. Kata mereka, tetap saja tidak bisa menurunkan harga-harga...

Hmm...

 

(saya jadi teringat Tritura, info di bawah yang terambil dari wikipedia.org)

***********

Tri Tuntutan Rakyat

Tri Tuntutan Rakyat (atau biasa disingkat Tritura) adalah tiga tuntutan kepada pemerintah yang diserukan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), dan didukung penuh oleh Angkatan Bersenjata. Tiga tuntutan tersebut didasarkan oleh kondisi negara waktu itu. Memasuki akhir 1965, keadaan negara Indonesia sudah sangat parah, baik dari segi ekonomi maupun politik. Harga barang naik sangat tinggi terutama BBM.

Isi Tritura adalah:

  1. Bubarkan PKI
  2. Perombakan kabinet
  3. Turunkan harga

Tuntutan pertama dan kedua sebelumnya sudah pernah diserukan oleh KAP-Gestapu (Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September). Sedangkan tuntutan ketiga baru diserukan saat itu. Tuntutan ketiga sangat menyentuh kepentingan orang banyak.

**************

 

Demonstrasi-demontrasi untuk menurunkan harga BBM tidak terjadi saat ini saja... tapi juga udah jauh waktu, sejarah mencatat peristiwa tentang kenaikan BBM. Namun, terasa luar biasa di saat ini karena seiring mahalnya pendidikan – maka banyak yang tidak bisa bersekolah tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang memadai – karena banyak masyarakat yang tidak mampu menyekolahkan putra-putrinya dengan biaya tersebut (dan jumlah penduduk semakin bertambah). Mungkin ada bantuan pendidikan, tetapi buku-buku terus bertambah dan harganya cukup tinggi – plus biaya lain-lain, yang ditetapkan masing-masing sekolah (karena tiap sekolah pasti punya kebijakan sendiri-sendiri).

 

Jadi, saat ini mo mementingkan kepentingan siapa?

Bukannya tugas pemerintah mengentaskan kemiskinan? Tapi mengapa malah memperparah kemiskinan? Adakah pembuat kebijakan itu adalah orang-orang yang bijak?

 

Mungkin yang sudah berpendapatan tinggi, hal ini tidak merupakan masalah, tetapi bagi mereka yang benar-benar di garis kemiskinan...? Akankah dibiarkan saja terombang-ambing...?

Salah satu contoh adalah anak didik yang berada di kampung pemulung... ia baru saja kehilangan ibunya, di waktu ia masih kecil sudah harus kehilangan ayahnya – dan sekarang menjadi yatim piatu, sementara kakaknya hanya satu itupun tidak lulus SD dan menjadi pemulung juga... bagaimana ia nanti jika bersekolah? (selama ini, ibunya yang membiayai dengan berdagang kecil-kecilan dan memulung), dan teman saya sedang berusaha mencari donatur untuknya agar ia masih bisa sekolah.

 

Yang di kalangan atas sibuk dengan kalangannya, yang di kalangan bawah sibuk juga mencari cara untuk bisa tetap makan setiap hari...

Kata ayah saya dulu saat beliau masih sehat (sebelum meninggal), “Jangan melihat yang di atas, kita lihat yang di bawah... bersyukurlah karena masih banyak yang ada di bawah kita yang belum bisa merasakan, apa-apa yang bisa kita rasakan sekarang...“

 

Dan di akhirnya... saya juga terkagum-kagum dengan salah seorang satpam di tempat saya bekerja. Beliau selalu sholat di awal waktu dan seorang hafidz, sedangkan para manajer banyak yang sholat di akhir waktu... (meski tidak semua demikian).

 

Dan, sungguh... semoga sahabat bisa memaknai tulisan saya yang tidak runtut ini dan mungkin dibuat puzing dengan aneka tulisan saya yang lain... karena inilah potret dunia... banyak penggambaran orang-orang yang harus kita pedulikan di sekitar kita, karena kita semua adalah saudara...

 

Allah Ta'ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya."

(Al-Maa`idah:2)

 

3 comments:

helfi amalia said...

aduh Likah, sulit ya... kalau mengajarkan menanam sayuran dalam pot bagaimana? kami disini menanam kucai (daun bawang/negi), tomat, kangkung, bawang merah dan baru mencoba menanam jahe karena sebentar lagi summer. Memakai pot ditaruh di balkon. seumur hidup ya baru sesudah disini menanam sayur untuk tujuan dimakan, dulu di kampung karena iseng saja (kalo mati juga tidak peduli banget). Memang mengurangi marketnya mamang sayur sih...tapi banyak juga kan yang malah sudah tdk bisa beli sayur lagi? kasihan anak-anaknya...generasi penerus umat...

Likah - Syafa Azizah said...

nah... mereka yang memulung sayur itu justru adalah orang yang tidak punya rumah mba'... trus juga tentunya tak punya lahan untuk menanam sayuran. tetapi sebenarnya bisa memanfaatkan pot-pot plastik bekas jika ingin berusaha, daripada harus memulung sayuran ya mba'...

thanks ya mba helfi... semangat...!

Yulian Ma'mun said...

meski agak puyeng membacanya, saya jadi mengaca pada diri sendiri, jangan2 saya--secara tidak sadar-- termasuk mereka yang mbak gambarkan dalam tulisan ini...