Wednesday, 25 June 2008

setiap mula, setiap akhir... setiap pertemuan, setiap perpisahan...

Mengapa sih perpisahan identik dengan air mata?

Seolah-olah air mata memang baru berguna saat bersedih...

Yah, tentu sudah banyak bahasan tentang air mata, bukan?

 

Kira-kira dua tahun yang lalu, murobbi saya harus pulang ke Jakarta, sedangkan suaminya berpindah tugas ke Solok (Sumatra).

Agar dekat dengan saudara-saudaranya, maka murobbi saya tersebut tinggal di Jakarta saja... jadi suaminya yang bolak-balik dan biaya dapat dihemat.

 

Sudah tiga hari saya tidak masuk kerja karena sakit sejak Kamis hingga Sabtu, bahkan sampai sekarang belum sembuh – tapi sudah masuk kerja sejak Senin kemarin. Di Ahad pagi ada pertemuan FLP membahas acara pekan depan, yaitu RAKOR FLP di Tenggarong dengan seluruh FLP Kaltim.

 

Siang selepas dzuhur-nya, saya bertemu dengan teman yang sudah hampir setahun lebih tidak bersua. Ia menitip CV temannya untuk kerja dan pekan ini pekan terakhir di Balikpapan, karena ia akan berangkat pulang ke Jakarta tanggal 28 Juni 2008 (saat saya nanti dan teman-teman FLP berangkat ke Tenggarong).

Namun ia juga berpamitan akan walimah di Jakarta, tidak balik ke Balikpapan lagi, karena harus menjaga ibunya yang sendirian (ayahnya telah berpulang ke Rahmatullah terlebih dulu).

 

Hmm... dia hanya tersenyum dan bertanya banyak hal, serta tak lupa bertanya, “Anti kapan?”

Hehe... saya pun cengar-cengir saja mendengar banyak pertanyaannya. Dan akhirnya kami pun saling mengucapkan salam untuk pertemuan singkat itu.

 

Masih dengan tempat yang sama (Masjid Istiqomah), saya berlari ke toko buku mencari kado untuk liqo’ jam tiga sore. Setelah dapat bukunya, saya arahkan motor ke rumah teman untuk berangkat bersama serta diskusi banyak hal untuk yayasan yang akan dibentuk, pustaka, les privat dan lain-lain.

 

Dan liqo’ pun dimulai... (detil amat ceritanya, yach...).

Begitu selesai, kami saling tukar kado, memberi pesan dan kesan...

Lho, ada apa...?

Iya, karena murobbi saya yang sekarang pekan ini akan pindah ke Surabaya (suaminya mendapat pekerjaan di sana).

 

Sebenarnya saat Ibu Tati menangis menerangkan QS. Abasa, saya nggak mau ikut nangis... dan saya bisa, meski sempat menggenang.

Saya memandangi satu persatu wajah teman-teman liqo’ yang sudah lama bersama setiap pekan, dan kami masih jadi satu liqo’ nantinya (hanya pindah murobbi). Saya mencoba menangkap isi hati mereka... (apa yang sedang dipikirkan dengan semua ini, yach...).

Saya harap air mata tidak tumpah lagi setelah ini...

Tapi apa mau dikata, air mata pun berjatuhan saat murobbi memeluk saya erat sekali ampe empat kali, “Afwankan ane ya ukhti, ane belum bisa bantu untuk proposal anti kemarin. Bagaimana kelanjutan yang kemarin...?”

Saya menjawab, “Tidak jadi, mbak...”

Saya dipeluknya lagi, “Semoga anti nanti mendapatkan yang lebih baik ya? Sabar ya, ukhti...”

Wadaw... saya sesak napas dan tak bisa berkata apa-apa.

Sehari itu saya dipamiti dua orang yang begitu baik, sahabat dan saudara yang Allah SWT mempereratkan kami dengan ukhuwah...

 

Beginikah perpisahan...?

Saya terngiang-ngiang dengan bedah buku yang di liqo’ dibahas bersama saat itu, mengenai waktu...

Saya pun terngiang-ngiang dengan tangisan Ibu Tati yang sulit berbicara tentang QS. Abasa...

Saat ini kita berkumpul bersama... tapi bagaimana nanti di akhirat...?

Di saat itu kita akan terpisah dari saudara-saudara dan juga orang tua...

 

Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),

Pada hari itu manusia lari dari saudaranya,

Dan dari ibu dan bapaknya,

Dan dari istri dan anak-anaknya,

Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya,

Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri,

Tertawa dan gembira ria,

Dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram),

Tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusahan),

Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka.

(QS. Abasa : 33 – 42)

 

Allahu Rabbi...

Lantas, dalam hati saya tersenandung kisah ‘Sahabat Perjuangan’ dari Tazakka...

 

Pertemuan kita kali ini
Bukan sekedar kawan lama tak jumpa
Tapi kita bertemu ada satu makna
Kita punya satu perjuangan

Andai ada kasih antara kita
Kita kembalikan kepada Yang Esa
Agar ia suci tulus dan ikhlas
semoga Alloh memberkati

Sambutlah tangan sahabat saudaramu
Pimpinlah ia melangkah bersama
Satukan hati kita teguhkan ia
Berdiri bersama untuk kebenaran

Perjuangan itu artinya berkorban
Berkorban itu artinya terkorban
Janganlah gentar untuk berjuang
Demi agama dan bangsa

 

Ingatan yang banyak bertemu dengan suasana-suasana ini, namun hati-hati masih bersatu untuk saling menco’akan. InsyaAllah...

 

Seorang anak sholeh yang berdo’a untuk kedua orang tuanya...

Seorang ayah dan ibu kepada anak-anaknya...

Seorang guru kepada anak-anak didiknya...

Seorang anak didik kepada guru-gurunya...

Segenap rakyat yang mendo’akan pemimpin-pemimpinnya...

 

Do’a-do’a begitu berlimpah dan bertebaran, dan semoga Allah SWT mengabulkan...

 

Katakanlah, “Wahai Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab.

(QS. Ali imran : 26 – 27)

 

Ya Allah, sesungguhnya ini adalah malam-Mu yang telah menjelang dan siang-Mu yang tengah berlalu serta suara-suara penyeru-Mu, maka ampunilah aku.

 

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru (dakwah di jalan)-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak akan pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah dengan marifah-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amiin.

2 comments:

Muhammad Darwis said...

sakit pa mbak?....semoga menjadi pelebur dosa..
saya ikut mengaminkan doa ustdzah Tati, "semoga Allah berikan yg terbaik buat mbak"..amiiiin

Likah - Syafa Azizah said...

amin, insyaAllah...