Wednesday, 9 July 2008

kisah lain...

13.34 WITA, 3 Rajab 1429 H / 6 Juli 2008 M

 

Sebagian dari sahabat pasti pernah mendengar nasyid milik In-Team yang berjudul ‘Kasih-Kekasih.’

Di sana tertuang ungkapan...

 

Tak perlu aku ragui sucinya cinta yang kau beri

Kita saling kasih mengasihi dengan setulus hati...

 

Sebenarnya saya bingung... ini untuk sang istri atau siapa, yach... karena di ungkapan lain ada kalimat...

 

Ayah ibu merestui, menyaru cincin di jari

Dengan rahmat dari Illahi cinta kita-pun bersemi...

 

Lantas saya pernah membaca pula pada ungkapan selanjutnya yang dimaksudkan oleh tim nasyid ini selama belum ada ijab kabul, maka meski telah khitbah belum boleh saling menganggap sudah menjadi hak milik...

Kalau ini sih setuju...

 

Sebelum dijab kabulkan, syariat tetap membataskan

 

Kemudian...

 

Pelajari ilmu rumah tangga agar kita lebih bersedia

Menuju hari yang bahgia

Kau tahu ku merinduimu

Kutahu kau mencintaiku, oh kasih...

Bersabarlah sayang saat indah ‘kan menjelma jua...

Kita akan disatukan dengan ikatan pernikahan, oh kasih...

Di sana kita bina tulus cinta mari berbahgia...

 

Lhoh... belum walimah kok sudah ada ungkapan kasih dan sayang... bahkan udah saling mencintai dan merindui...

Belum lagi video klipnya yang saling menelepon dengan wajah penuh senyum merekah...

 

Afwan jiddan untuk In-Team jika tersalah, yach...

Ini juga perbaikan diri, insyaAllah...

Tak ragu untuk dikritik pula, silakan...

 

Hmmm... bikin yang mendengar klepak-klepek sendiri, deh... dan makin kecanduan ama nasyid-nasyid model gini (bahkan saat saya masih siar, banyak banget yang request semacam nasyid-nasyid ini)...

Apa termasuk saya? Gubrak...!

Nah, lho...

 

Sahabat... banyak pembelajaran tentang ungkapan cinta, namun cinta yang bagaimana? Tentu cinta yang sebenar kepada-Nya...

Dulu sekali saya juga pernah menyukai nasyid-nasyid seperti ini (hehe, jujur nih... sungguh malu...), setelah itu saya lebih menyukai nasyid accapela dan juga haroki...

Lebih semangat, gitu...!

Di kemudian waktu berpikir pula, apa bedanya nasyid-nasyid bertema seperti ini dengan lagu-lagu ungkapan cinta remaja masa kini yang begitu berlimpah...?

 

Sungguh... pemilihan kata dan syair menjadi harus lebih tepat, sesuai dengan syiar yang ingin disampaikan (tentunya demikian madah berlaku untuk saya sendiri pula).

 

Tak sedikit yang terjerembab oleh ungkapan cinta yang mengharu biru, meskipun ia adalah aktivis dakwah...

Bahkan di sebuah artikel di salah satu majalah Islami (saya lupa nama majalahnya...) berjudul ‘aktivis kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat)’... seringnya rapat tanpa adanya hijab... bisa menjadi ajang curi pandang para aktivis...

Wah... begitu dahsyatnya cinta...

Bisa merubah segala yang terlihat buruk menjadi indah, bisa membolak-balik hati dan terhimpit sebuah ilusi.

 

Apa nasyid dan cinta tak bagus?

Hayo...

Dua-duanya indah... jika...

 

Berhibur tiada salahnya karena hiburan itu indah

Hanya pabila salah memilihnya membuat kita jadi bersalah...

(Berhibur by. Raihan)

 

Cantik ‘kan ungkapannya...

 

Cinta pada Allah... cinta yang hakiki...

Cinta pada Allah... cinta yang sejati...

Bersihkan diri gapailah cinta

Cinta Illahi...

(Cinta by. The Fikr)

 

Bukan sekedar cinta basa-basi...

Cinta yang Allah pertautkan dalam ukhuwah...

Cinta yang Allah pertemukan karena ada ridlo pada keduanya...

Cinta yang lebih sempurna daripada cinta Zulaikha pada pandangan matanya...

 

Kasih manusia sering bermusim

Sayang manusia tiada abadi

Kasih Tuhan tiada bertepi

Sayang Tuhan janji-Nya pasti...

(Kasih Sayang by. Raihan)

 

Dan sahabat... cinta manakah kini yang terpilih?

Masa lampau adalah pelajaran, baik pada diri maupun siapapun...

Seperti sejarah mengungkap keindahan dan keburukan cinta, di dalam tuturan dan tuntunan hikmah tanpa cela dalam firman-firman-Nya...

 

Kisah Khadijah dan Aisyah...

Kisah Zulaikha...

Kisah Bilal bin Rabah pada Rabbnya...

Kisah cinta para sahabat dalam ikatan ukhuwah...

Dan semua kisah yang pernah tercipta...

 

Bukankah ada ungkapan... ‘experience is the best teacher.’

Maka belajar dari yang pernah ada, cinta manakah yang terpilih oleh sahabat...?

 

“Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah, Rasulnya, dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya!” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (QS. At-Taubah : 24).

 

Maka sahabat... cinta manakah yang terpilih?

 

“Surga ‘Adn yang mereka masuki bersama orang-orang shalih dari bapak-bapak mereka, istri-istrinya, dan cucu-cucunya, sementara malaikat-malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu, sambil mengucapkan “Salaamun ‘alaikum bimaa shabartum...”, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”

(QS. Ar-Ra’d : 23-24).

 

Dalam buku karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang berjudul ‘Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin (Taman orang-orang jatuh cinta dan memendam rindu)’, terdapat sebuah syair yang mengacu pada kecintaan kepada-Nya...

 

Ada kafilah yang berlalu menjelang malam

Jalan berdebu dan malam merambat kelam

Mereka menggiring hasrat menyatu dengan bumi

Perjalanan pun tenggelam di balik ambisi

Bintang malam menuntun yang mereka harapkan

Yang menggantung di atas bintang dan kenikmatan

Dalam pemeliharaan yang tidak didapat orang lain

Tak peduli celaan oran yang suka melontar celaan

 

Wah, pembahasan jadi panjang lebar nih... @(^_^)@

Dan dilanjutkan...

 

Orang-orang yang seperti itu akan memenuhi seruan Sang Kekasih, tatkala dibacakan adzan kepada mereka, hayya alal-falah. Mereka rela mengorbankan jiwa untuk mendapatkan keridhoan-Nya dengan sepenuh hati dan terus menerus melanjutkan perjalanan untuk mencapai-Nya, pagi maupun petang. Jika tujuan perjalanan itu sudah tercapai, mereka menyampaikan pujian. Mereka berpayah-payah sebentar dan istirahat untuk jangka waktu yang lama. Mereka meninggalkan yang hina dan mendapatkan kesudahan yang terpuji. Mereka melihat suatu perbuatan yang bodoh jika harus menjual kehidupan yang baik dan abadi dengan kenikmatan sesaat, yang sirna bersama sirnanya nafsu, namun penderitaannya abadi.

 

Maka... cinta manakah yang terpilih oleh sahabat...?

 

Lembaran ilmu :

  1. Al-Qur’anul Karim.
  2. Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin by Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (Darul Falah).
  3. Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim by Salim A. Fillah (Pro-U Media).

 

(Syafa Azizah)

1 comment:

rikza saifullah said...

setujuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu ^_^