Tiada terasa waktu berjalan dengan cepat
Betapa banyak waktu yang tiada terukur, terlewati dengan banyak keadaan
Singgah ujian... tawa dan bahgia... duka dan lara...
Dari sanalah terukur ketabahan akan ujian...
Terukur kesabaran akan ujian...
Terukur kedewasaan akan ujian...
Atau bisa pula terukur ketidakbaikkan yang suka mengeluh...
Dan ujian...
Banyak hikmah terselami hingga kedalaman fikir
Teruai keindahan pengalaman yang tak teralami sama dengan yang lain
Tak terasakan sama dengan yang lain
Mengharu biru kehidupan
Semoga hingga ke depan tiadalah tersasar kesimpangan
Penuh ridlo-Nya...
Penuh keampunan-Nya...
Dan inilah perjalanan demi perjalanan itu...
Agustus 1988
“Tapi bu... Aisha ‘kan bisa menari... ikutkan ya bu?” pinta Aisha kecil pada gurunya setelah tadi diumumkan siapa saja yang akan ikut lomba menari untuk mewakili tingkat Taman Kanak-Kanak di kecamatan esok.
“Tidak bisa, nak. Soalnya kamu nggak berlatih dengan teman-teman yang lain...?” jawab Bu Isjayanti.
“Tapi ayah sudah belikan kaset dan saya juga udah latihan di rumah dengan ayah...?” pinta Aisha lagi.
“Tetap tak bisa, nak. Karena tiap gerakan ada formasinya...” jelas Bu Is lagi.
“Oh, begitu ya... kok Aisha tidak diberitahu kemarin kalau ada latihan bersama ya, bu... baiklah tak apa...” Aisha pun segera menyalami Bu Is dan pulang.
“Bu, jangan lukai Aisha... Aisha akan segera berangkat sekolah. Jangan cambuki ya, bu...?” pinta Aisha pada ibunya sambil menangis.
“Kamu bandel sekali, sedari tadi sudah disuruh berangkat tidak segera beranjak. Ngapain aja sih kamu...!” marah ibunya.
“Iya bu, Aisha janji nggak akan teledor lagi... jangan cambuki ya, bu...?”
Tetapi ibu tetap mencambuki tubuh Aisha kecil hingga ke sekolah dan akhirnya pulang lagi karena ibunya masih saja terus marah padanya. Sungguh Aisha malu dilihat oleh para tetangga dan teman-temannya di sepanjang jalan. Tapi....
“Ayah, jadi guru dulu itu bagaimana ceritanya, Aisha juga ingin... apalagi seperti ayah... sudah jadi kepala sekolah, asyik ya, yah?” tanya Aisha pada ayah.
“Ceritanya nanti aja, ya... sekarang belajar dulu. Mungkin nanti kalau Aisha udah sekolah dasar baru bisa diberitahu. Kalau sekarang, pasti akan sulit menerangkannya..” jawab ayah.
Aisha pun melanjutkan belajarnya tanpa banyak bertanya lagi, hanya tersenyum.
1991
Hari ini ada wisata guru-guru di tempat ayah mengajar, dan semuanya pergi ke Yogya. Ini perjalanan jauh pertama yang akan Aisha rasakan. Duh, seperti bermimpi... bakal ke Borobudur, ke Keraton dan yang lainnya...
Dan akhirnya sangat membahagiakan...
Di lain waktu, ayah juga mengajak Aisha untuk bermain seruling dari batang padi... mencari singkong di kebun lalu dibakar di sisa batang pohon kelapa...
Membuat bata dan yang lainnya...
Duh, indah kenangan bersama ayah...
No comments:
Post a Comment