Wednesday, 17 December 2008

[my journey - part 3] – Berpetualang bagian 1...

Maka...

Aku bermimpi indah dalam pelukan keluarga baru... kupanggil dengan sebutan ‘ayah’ dan ‘ibu’...

Tiba-tiba duniaku makin berubah dan menjadi indah... berada dalam kekuasaan yang tak terduga... dan inilah skenario-Nya dalam hidupku... merubahku... membayangkan cita-cita dan mimpiku... dan menguasai mimpi itu sepenuhnya dalam diriku kelak...

Pagi yang cerah... seperti biasa rutinitas pagi... menyapu... mencuci dan lainnya... aku dan kakakku sekarang punya kamar sendiri, lho kawan... meski juga kadang aku tidur bersama ayah ibuku yang baru ini... aku dicap anak manja oleh semua orang, hehe... tapi manjanya kan tetep kreatif dan rajin, hehe...

Ayah, seorang Kepala Sekolah di desa tetangga... tepatnya Sekolah Dasar Karang Tengah 1, sedang ibu mengajar Sekolah Dasar di desa sendiri... aku ingat, usiaku sudah mendekati lima tahun, kawan...

Sudah saatnya aku masuk Tingkat Kanak-kanak... seperti kubilang di tulisan pertama, INTINYA AKU INI SOK TAHU... maka dengan segenap cintanya, ayah ibu mengajari aku dan kakakku membaca... menulis...  menyanyi... semua pelajaran di rumah kuserap dengan cepat seperti air yang merembes ke dalam tanah...

Kakakku tidak masuk TK, tapi langsung Sekolah Dasar... maka aku harus menunggu dia kelas 2 SD dulu, baru aku akan masuk TK, ck...ck..ck, makin nggak sabar rasanya... padahal aku sudah tak sabar segera praktik menyanyi di depan kelas dan menulis “Ini Budi...”

Akhirnya, kawan...

Aku bisa tersenyum... aku sekolah... wah-wah, rasanya seperti berada di langit tinggi...

Tapi... sebentar... kelasku adalah kelas yang kalo sore hari dipakai madrasah, sudah bangunan tua dekat masjid dan rumah guruku bernama ‘Ibu Suhartini’ atau dipanggil Bu Har... anak-anaknya bernama Mbak Titin dan Mbak Ita... mereka teman bermainku sejak kecil...

Eh, kembali lagi soal suasana kelas... kalo ada baju yang bersih, aku lebih senang memakainya... baju sekolahku warisan turun temurun... dari tetangga atau kakak angkatku bernama ‘Mbak Reni’ – anaknya mama dan Pak Carik, tetangga sebelah pas... tapi sudah seperti keluarga...

He, balik lagi... kenapa aku pengen pake baju bersih? Abisnya selalu bau karena kelasku penuh dengan sarang tawon besar yang suka buang kotoran sembarangan, gak ada sumur atau WC, mirip hutan gersang tak punya pengairan...

Maka, jadilah buku dan baju, selain bau juga kotornya minta ampun... duh, kelasku-kelasku...

Betul-betul lebih mengerikan dari sebuah kamar pengap... saat aku usia dua tahun sebelumnya di kisah kedua, kawan...

Nah, ini yang kutunggu-tunggu... di kelas, guruku ada dua, ‘Ibu Isjayanti dan Ibu Suwarni...’

Kelas diminta menyanyikan lagu ‘Saya mau tamasya...’, dan keduanya meminta siapa yang bisa menyanyikannya sebelum menyanyi bersama...

Ayah sudah mengajarkanku di rumah... dengan cepat kuacungkan jari telunjuk... lalu ke depan kelas... dan terdengar suara sumbangku mirip tawon di atas kelas yang sudah siap-siap buang kotoran, "Awas! Kalau kau menyaingi suaraku," kata tawon tegas memandangku...

Aku cuek... "Emang siapa peduli, weee..." kataku tak kalah sengit.

“Saya mau tamasya, berkeliling-keliling kota... hendak melihat-lihat, keramaian yang ada... saya panggilkan becak, kereta tak berkuda... becak-becak, coba bawa saya... saya duduk sendiri, sambil mengangkat kaki... melihat dengan asyik, ke kanan dan ke kiri... lihat becakku lari, kereta tak berhenti... becak-becak, jalan hati-hati...”

Tuntas...!

Lalu tepuk tangan meriah dan aku kembali ke bangku, duduk tersenyum penuh kemenangan...

Kalo kawan mo tahu, pasti bakal kepingkel-pingkel mendengarkan suaraku... penuh dengan huruf yang kurang sempurna... “R”... seperti bayi yang belajar bicara satu dua patah kata.... huruf itu tak ikut dibagikan pada lidahku sampai sekarang... biarlah, aku tetaplah aku... gimana, kawan?

Setuju, kan? Setujuuuuu...!

Baiklah, kita sepakat... kucatat, lho...

Dan, esoknya...

 

(to be continued... next : Menelan koin 25 rupiah...)

No comments: