Thursday, 1 January 2009

i am a butterfly with a million ideas...

Seperti halnya orang lain bercita-cita. Aku pun juga mempunyai cita-cita. Saat itu jika kupikir adalah membahagiakan diri sendiri, di lain sisi  terkata, betapa egoisnya diriku. Lebih buruk dari wajah-wajah sampah yang bertumpuk di selokan. Aku merasa terbawa arus kehidupan yang tidak menentu. Terombang-ambing kesana kemari, hingga membuatku putus asa tak bertepi.

Jika orang lain melalui jalannya dengan indah atau sedikit jalanan terjal, maka jalanku seperti berbatu yang tak habis hingga ke ujungnya. Tak mudah dan tak biasa. Maka kudapati diriku, tak bisa tertawa. Hanya menyendiri, menyepi dalam kesedihan tiada tara. Oh, siapalah aku...

Bahkan aku hampir tak mengenali diriku sendiri. Tak ada tempat yang teduh untuk bercerita. Tak ada yang mau mendengarkan suara hatiku di saat pilu. Tak ada siapapun...

Maka kusandarkan semua ujung permasalahan-permasalahan itu kepada yang berhak menentukan. Yang lebih mengetahui jalan kehidupanku. Semoga Allah SWT selalu menuntunku...

 

.n_n.

 

Menatap dan berbicara dengan orang lain, membuatku serba salah. Seperti kesalahan-kesalahan yang ditimpakan padaku, aku sudah takut akan dianggap salah jika nanti aku meneruskan berbicara dengan mereka.

Aku menjadi ulat yang menggerogoti diri sendiri. Bukan pada dahan dan daun pada tanaman. Atau pada buah yang ranum untuk dimakan. Aku menjadi pesakitan di antara derai tawa insan-insan di sekitarku. Aku semakin menjauh, menyepi dan tak ingin berbicara dengan mereka meski aku ingin sekali.

Aku menulis pada tembok-tembok peradabanku. Mengeluarkan sedih dan marah yang menimpa hatiku. Aku hanya ingin tertawa bahagia, meski kurasa sebentar saja. Alangkah tertawa menjadi barang mahal bagiku. Kalaupun aku bisa tertawa bersama yang lain, tetapi hatiku sepi sekali. Puisi kesedihan yang kesekian kali telah memperpuruk keadaanku.

 

                Tak terasa waktu beranjak cepat. Telah kumasuki seperempat abad lewat lamanya perjalanan hidupku. Apakah yang sudah kudapat? Aku tak tahu. Aku tak bisa mencerna dengan seksama, apa saja yang telah kudapati.

Aku berubah menjadi kepompong di tengah hutan pinus merkusii. Tak ada yang mengetahui keberadaanku. Adanya, beberapa dari mereka di sana sedang menertawakanku. Aku dianggap tak layak bercita-cita karena kemiskinan yang menimpaku. Karena aku dianggap bukan siapa-siapa yang bisa mengubah dunia menjadi damai serta merta. Tapi aku masih tak peduli.

Aku menyendiri dengan selimut tebal mengelilingi tubuhku. Sehingga panas dan dingin tidak akan menyentuh kulitku. Aku juga tak makan atau minum agar aku bisa menyempurnakan tenang di hatiku. Agar dapat menentramkan jiwaku. Tapi aku sungguh tahu. Masalah tak berakhir begitu saja dengan keadaan itu. Aku harus bersiap-siap jika disalahkan kemudian, untuk yang kesekian kali.

 

Di dalam kepompongku, aku berpikir. Apa yang bisa kuperbuat? Tapi justru aku malah merindu pada masa laluku. Masa-masa indah bersama orang-orang yang kucintai. Senyap kembali. Itu tak mungkin terulang lagi. Sungguh aku kian menerawang. Apa yang harus kulakukan? Aku harus berubah dan melakukan perubahan. Tekadku yang masih tersisa, kuajak untuk mengayuh perjalanan yang entah kapan selesai masanya.

 

Kudengar sayup-sayup sebuah irama...

Kesusahan dan kemanisan hidup

Mengajak kita erti dewasa

Memberi peluang untuk kita dekati

Pada Tuhan yang sering kita lupa

Sesungguhnya... nilai kegagalan lebih berharga dari kejayaan...

 

Semangat... ayo, bersemangatlah diriku...!

Mengapa mengorbankan hati yang pilu hanya karena ujian menimpa tiada henti sepanjang hidupmu...! Berteriaklah pada sang bayu, AKU PASTI BISA...! AKU MASIH PUNYA HARAPAN DAN CITA-CITA YANG TERSISA...!

Dengarlah...! Aku akan menggapai mimpiku melebihi pencapaian pada mimpimu...!

Aku tak mau kau atau siapapun akan menghalangiku. Dengarkan itu...!

Karena aku yakin dengan hatiku. Allah SWT tidak akan pernah ingkar janji... tidak seperti insan-insan yang mengurungku dalam palung kebencian. Sekali lagi dengarlah...!

Aku bisa melampaui mimpi-mimpimu. Bahkan melebihi si pemimpi ulung sekalipun...!

AKU PASTI BISA...!

 

Kupersembahkan mimpi-mimpi itu untuk ayah bundaku yang telah mendewasakanku dengan berbagai rintangan kehidupan. Memberi kesabaran tiada bertepi seperti jatuhnya hujan di atas bumi. Ayah bundaku yang telah meninggalkan aku dengan mimpi-mimpiku. Memetakan sendiri jalanku ke depan tanpa cinta mereka lagi. Maka menjadi tegar dan semakin kuatlah kulit kepompong melingkari tubuhku.

 

Dan... Lepidoptera tujuanku. Pasti aku akan memukau orang-orang di sekitarku dengan sayap-sayapku yang elok. Menebarkan serbuk-serbuk benang sari untuk menjadi benih baru atau menjadi renjisan madu. Kuhinggapi satu-persatu bunga yang mekar di semua taman. Kupamerkan keindahan sayap dan antenaku. Lihatlah...

Aku berhasil keluar dari kepompong, karena telah tiba masaku. Retak sedikit demi sedikit, lalu segera kulepas jerat-jerat benang yang mengelilingiku. Kulihat sayapku telah tumbuh sempurna. Kubuka mataku. Oh matahari bersinar terang sekali...

Tampak bunga-bunga Crysanthemum menyapa pagi. Embun-embun menyisakan bias hujan semalam. Indah sekali. Dan kudapati diriku telah menyerikan sepasang Paradoxurus Hermaphroditus di atas Poinciana Regia  yang cara tumbuhnya seperti Sakura.

 

Aku mempunyai saudara-saudara baru yang memberiku pencerahan akan arti sebuah mimpi. Serta kubaca beberapa kisah yang menginspirasi. Dan kulanjutkan dengan mentafsir sekelumit cerita di atas langit biru, bertuliskan awan putih seperti salju. Terbang menuju satu tempat ke tempat lain. Dan kudapati pengalaman-pengalaman baru. Aku benar-benar berubah. Benarkah? Entahlah, mungkin engkau lebih memahami dalam menilaiku.

 

Dan tak ada lagi yang menertawakanku. Tak ada lagi kutemui mereka menyuruhku ini itu untuk urusan yang bisa mereka tangani sendiri. Aku berhasil.

Tapi aku harus tetaplah aku. Tak boleh mendendam apalagi mengganti peran antagonis pada sebuah drama dalam gedung opera. Biarlah...

Yang penting telah kutemui kawan baru. Tapi tak melupakan yang lalu. Telah pula kutemui samar-samar mimpiku walau belum semua terwujud. Tetapi jalannya telah nampak di hadapanku dan meminta untuk dijelajahi. Aku telah tumbuh menjadi baru. Aku kembali menulis dan belajar kembali. AKU HARUS BISA. TAK BOLEH MENYERAH DENGAN UJIAN-UJIAN BERIKUTNYA.

AKU TELAH SIAP SEMPURNA.

 

I am a butterfly with a million ideas...

Now and until I die... I am still a butterfly with a million ideas

I will forget all my mistakes and change with my dreams...

Believe me... i will give all of my around with my love

There is nothing lies or sadness

I am promise... for you all my friends and for my parents on Allah’s side

The future... please wait me...

I’m coming to catch you...

Fly and fly... butterfly...

 

 

 

Glosarium :

-          pinus merkusii : pohon pinus

-          lepidoptera : kupu-kupu

-          crysanthemum : bunga krisan

-          paradoxurus hermaphroditus : musang

-          poinciana regia : flamboyan

2 comments:

Atik Savitri said...

Subhanallah... kupu2 yg indah terbanglah tinggi untuk meraih cita-citamu yg luhur dan menebarkan manfaat bagi semua.. :)

Likah - Syafa Azizah said...

Jazakumullah khoir ukhti fillah… amiin, Ya Allah…