Wednesday, 18 February 2009

aku dan diamku...

Maaf, aku telah kehabisan kata untuk bicara…

Tak punya pandangan apapun untuk memberikan pembelaan atas diri sendiri. Karena seberapa besar dan inginnya aku mengutarakan kenyataan-kenyataan yang ada padaku... engkau tetap diam dan tidak percaya, bahkan menyalahkan aku di setiap waktu.

Lantas pada bagian mana lagi aku harus berkata?

 

Kucoba meretas waktu dengan kesendirianku. Aku berharap mendapatkan ketenangan yang bisa menyemangatiku di waktu kemudian. Tapi lihatlah...

Engkau malah mengatakan aku pada mereka yang kau temui, bahwa aku telah bisu... bahwa aku tidak berarti untukmu... bahwa aku tak punya apa-apa untuk menahan emosiku. Dan hanya diam yang kulakukan...

Harus apalagi?

 

Sekian waktu kucoba menjalani dan mencoba memperbaiki, mungkin salah memang ada padaku selama ini. Tapi lihatlah...

Mereka yang memahamiku begitu mengasihiku, tetapi semua orang yang engkau beri cerita buruk tentangku... seakan memandang benci dan penuh kehinaan tak bertepi. Lalu haruskah aku masih berkata-kata lagi, setelah sekian banyak kesalahan dan juga kenyataan yang tak engkau pahami?

Hanya kemarahan yang kian menyudutkanku... menerorku siang dan malam...

Tak nyenyak dalam tidurku... bahkan dalam tahajud, engkau malah memarahiku karena setelah sujud lantas melanjutkan mengaji, engkau bilang aku berisik...

Engkau bilang aku mengganggu kehidupanmu... dan aku pantas untuk dihina dan dicaci... aku layak untuk disingkirkan dari dunia ini...

Padahal aku tidak pernah bermaksud apa-apa pada kehidupanmu. Aku tidak meminta apa-apa pada keadaanku yang memang masih ikut denganmu...

Aku berusaha membantu sebisa mungkin, hingga kutahan sakit hati dan fisikku.

Aku juga berusaha tidak mengharap kau menyayangiku setelah pertemuan itu. Aku hanya ingin diakui saja... bahwa aku telah berusaha sebisaku...

Bahwa aku tidak pernah mencoba untuk mencari-cari sesuatu darimu. Semua kuharap bisa kupenuhi sendiri dan aku tidak menyinggung perasaanmu.

 

Haruskah aku berkata pada dunia, bahwa aku begitu ingin mengatakan yang sesungguhnya? Haruskah?

Maka aku tak bisa membedakan antara marah dan tangis... maka menangislah yang kupilih, meski tak ada yang tahu... meski tipis sekali bedanya... tapi aku telah kehabisan kata dan suara...

Aku juga tak bisa mendekatkan diri dengan orang lain karena kupikir semua berpandangan buruk padaku setelah kata-kata itu keluar darimu untuk mereka.

 

Pagi yang seharusnya menjadi semangat untukku...

Siang yang seharusnya menambah keyakinanku akan cita-cita...

Dan malam yang seharusnya kupersembahkan untuk-Nya...

Aku ingin menjadi sosok yang tangguh meski selalu terluka dalam kehidupan hingga kini atau juga hingga nanti...

Ingin mengharapkan keridloan-Nya jua...

 

Namun lihatlah...

Sedihku lebih menjelma...

Tangisku lebih menggema...

Tiada sesiapa yang tahu...

Mereka hanya bertanya-tanya, mengapa murung? Mengapa terdiam? Mengapa bermata sembab dan tak ada cahaya?

 

Karena aku telah engkau anggap mati...

Dan telah terluka lama di sini sendiri...

Engkau tak pernah mau mengerti...

Dan aku tak dapat lagi berbicara dalam kata...

Tak berani memberi muka pada siapapun...

Terdiam dalam angan...

Trauma dengan kehidupan...

Sampai aku memilih tak akan dan tak ingin bersamamu lagi...

Maafkan... aku hanya bisa diam untuk semua ini...

Maafkan... jika memang aku salah dalam mengeja arti pertemuan ini...

Dan juga maafkan...

Aku tak akan kembali ke sini begitu kudapatkan kehidupan yang baru...

Sekali lagi maafkan...

Dan aku merasa tak perlu mengatakan luka-lukaku...

Biarlah Dia yang menilainya...

Bahwa Dia lebih mengetahui segala yang ada meski tersembunyi...

Kelak... mungkin engkau baru akan memahami...

Dan aku masih bersabar menanti waktu itu tiba

Memberi pengertian cinta yang sesungguhnya...

Dan bahwa aku tidak seperti yang engkau katakan dan fikirkan...

Terima kasih untuk pertemuan ini...

Kudo’akan engkau mendapatkan cinta dari-Nya yang begitu indah

Dan semoga memaafkan semua kesalahanku padamu...

8 comments:

era pratiwi said...

all the best 4 u sist...do'aku untukmu...cintaku juga untukmu...biarkan aku menghapus sebagian luka itu...meski kau masih tak ingin berkata2...

Likah - Syafa Azizah said...

jazakillah ukhtiku... love you too...

اَيْشَهْرَنِ رُوبِيَ - said...

dalam diam kadang kita baru menemukan jawabnya

Umm Fauzan Umm Fitri said...

insya Allah, moga segera ditemukan jalan keluar yang baik, jangan gundah dan risau maju terus possitive thinking,. banyak-banyak doa yah,.. kami pun berdoa moga ukhti selalu bahagia, ummi juga sering mengalami hal-hal yang rasanya kita ga sanggup, tapi langsung sy nangis ngadu sama Allah, Alhamdulillah Allah selalu segera mendatangkan ketenangan, don't worry, Allahu ma'ak

Likah - Syafa Azizah said...

ya...

mungkin karena masalahnya berbeda, saya belum menemukan jawaban yang tepat untuk ini ukhti...
tapi jazakillah ya... :)

Likah - Syafa Azizah said...

alhamdulillah, terkadang ujian itu menghentikan semangat saya untuk terus maju... bisakah? dapatkah?
saya sudah mencoba untuk berbaik dan terus bersabar, namun masih saja dipersalahkan oleh orang-orang terdekat saya...
mungkin karena saya baru bertemu mereka setelah puluhan tahun lamanya...

jazakillah ya... semoga Allah SWT semakin memudahkan perjalanan langkah-langkah kita menuju-Nya... amiin...
semoga juga Allah sentiasa menjaga ukhuwah kita selamanya... amiin...

Denol F said...

Ikfina Yaa Allah.....
cukupi dia ya allah...cukupi dia dengan rohmat-Mu...

Likah - Syafa Azizah said...

amin amin ya Rabbal'alamin...