beberapa hari ini...

Setelah melalui hari-hari yang lumayan menebah…

Banyak peristiwa yang hilir mudik silih berganti. Akhirnya pagi tadi saya berani mengatakan kata hati saya yang terpendam. Puaskah? Tenangkah?

Jawabnya belum... karena saya belum bisa mengurai semuanya dengan hasil yang sesuai dengan keinginan bersama.

Ya Rabbi... Semoga semua ini segera berakhir...

 

Kemarin pulang sore, awan tebal sudah menyelimuti wilayah kota Balikpapan. Saya melihat jam sudah menunjukkan pukul 17.30 WITA, ada dua orang teman yang masih satu ruangan sedang sibuk dengan pekerjaannya. Sedang dua partner yang lain sudah tiga hari ini ikut training di Jakarta. Jadi satu departemen tinggal empat orang bersama kepala departemen. Dan beliau sibuk meeting.

Saya pamit pulang duluan, mengingat waktu dan juga awan tebal itu.

Sampai di luar ruangan, sepi jiddan... banyak yang sudah pulang. Apalagi parkiran tampak sangat lengang. Mungkin orang-orang berpikiran sama, ingin cepat-cepat pulang...

 

Rintik menyerta seketika begitu saya menstater motor, tapi belum berkenan memakai jas hujan. Motor terus melaju hingga ke daerah Sepinggan. Hmm... sepertinya rintik hujan sudah berubah dengan cepat. Saya memburu cepat dan tiba di daerah Ring Road sebelah Dome, wah... terlihat di sebelah sana... arah Balikpapan Baru, hujan begitu lebat... buru-buru parkir dan segera mengenakan jas hujan. Benar saja... baru sampai beberapa meter dari tempat memakai jas hujan tadi, hujan langsung mengguyur dan membuat banjir di sekitar jalanan. Hujan kali ini dibarengi petir dan sangat lebat. Terasa lebat dari hujan-hujan yang pernah terlewati. Sampai di daerah Balikpapan Baru, banjir sudah menggenang... saya masih melanjutkan perjalanan meski gigi sudah gemeletuk menahan dingin yang menggigil. Tiba-tiba sebuah mobil warna hitam melintas dan air yang dilewatinya mengguyur seperti air bah ke badan saya. Motor sejenak oleng dan mata saya terasa pedih. Saya sudah benar-benar kedinginan...

 

Sampai di Gunung Guntur... macet kendaraan puluhan mobil dan motor yang antri. Ternyata banyak yang putar balik, karena banjir sudah sepinggang. Saya berhenti di sebuah toko, pengen motret tapi tangan sudah mati rasa karena dingin. Saya sebenarnya juga sangat panik, bagaimana jika motor mogok dan saya terpaksa harus mendorong lagi, padahal jarak rumah sudah agak dekat.

Akhirnya saya pun ikut putar arah ke daerah Sumber Rejo menuju daerah kilometer, macet juga... saya sengaja tak ikut arah ke Gunung Kawi karena sudah pasti banjir lebih dari sepinggang. Dan saya melihat sudah macet sekali.

Hari makin gelap, tapi orang-orang menyuruh saya mencari jalan ke tempat Sumber Rejo yang naik dan tembus ke Strat satu. Saya belum pernah melewati jalanan itu, tapi saya turutkan motor ke sepanjang jalan, kalaupun tersesat pasti ujungnya entah kemana yang penting jalan dulu mencari tempat yang bisa dilewati.

Bensin yang semestinya cukup untuk besok berkurang banyak karena berputar-putar arah. Tapi tak apa, karena saya hanya ingin segera sampai rumah.

 

Melewati Karang Bugis banyak orang berhenti... kenapa  ya? Saya menengok di depan sana... banjir juga... bingung, terus lanjut atau behenti dulu...

Akhirnya saya ikut melintas juga... di depan TELKOM juga banjir, malah lebih tinggi, tapi saya udah kepalang tanggung, tinggal dikit lagi nyampe rumah... lagian sudah Maghrib sejak di daerah kilometer tadi, jadi juga memburu waktu.

Sampai juga di rumah...

Tapi... ternyata kamar saya juga kebanjiran karena baru ada penutupan parit di samping rumah oleh warga yang kerja bakti hari Minggu yang lalu. Sudah basah kuyup plus capek dan panas dingin, saya harus mengepel membersihkan kamar dulu. Syukurlah air menyerap di kasur busa saya saja, sedang buku-buku saya selamat tidak basah. Saya bisa nangis kalau buku-buku itu kena banjir juga...

Selesai sholat, saya pun minum teh hangat dan makan.

Saya pun tidur beralaskan tikar saja, tapi dingin tetap menyelimuti, apalagi badan saya demam dan dada terasa sesak.

 

Pagi sangat dingin...

Baru hari ini saya bisa mengeluarkan kata sewaktu berangkat bekerja tadi. Kemudian melaju dengan motor, sibuk dengan pikiran sendiri.

Ya Allah... apa yang telah terjadi padaku akhir-akhir ini? Ya Rabbi... kapankah semua ini usai? Bisik hati.

Karena antara semangat dan tidak, saya melaju dengan cepat tak memperhatikan jalanan atau pinggir jalan dengan baik. Saat melintasi daerah Ring Road, tepatnya sekitar 50 meter dari Sangkakala Borneo, seorang anak usia SMP gitu melambaikan tangan meminta tumpangan. Saya baru nyadar, lalu berputar balik berharap dia masih di sana. Tapi begitu sudah berbalik menuju arahnya, saya melihat dia telah mendapatkan tumpangan dan saya perhatikan mereka berbincang, mungkin si pemilik motor itu bertanya akan ke arah mana...

Dari tadi sebelum ia dapat, tampak puluhan motor dan mobil melintas tak ada yang mau membawanya, alhamdulillah masih ada yang mau membantunya.

Saya berbalik lagi, sudah telat karena waktunya tadi udah kepake untuk ganti oli dan antri beli bensin juga.

 

Tapi tiba-tiba saya sudah bisa sedikit tersenyum dan kembali bersemangat setelah beranajak berjalan lagi dari pemandangan yang terlihat tadi...