Lhoh, mestinya saya yang nangis, yah? Kok, malah mereka yang pada menangis? Ada apa gerangan? Apaan sih?!
Maka tegarlah... tegaklah...
Itulah kalimat-kalimat pembangkit untuk diri saya sendiri. Jika baru ngeh, kalau puisi-puisi, cerpen-cerpen, serta novel saya yang belum kelar itu... adalah kisah-kisah saya sendiri. Dan jikalau juga baru ngeh, ternyata selama ini saya memendam sebuah derita berkepanjangan yang tidak bisa diuraikan...
Mengapa saya tak menangis saat ini? Ya, karena saya sudah merasa habis menangis di waktu-waktu yang telah terlewati.
Saya merasa diri saya sendiri bisa mengatasi itu semua dengan baik, karena saya bukan type orang yang ingin merepotkan. Tapi kenyataannya, pertahanan saya itu luruh juga oleh waktu, dan semuanya rame-rame membantu saya untuk keluar dari masalah yang super big selama ini.
Tapi lihatlah... saya sudah sampai di sini... walaupun bukan berada di puncak tertinggi, tetapi... lihatlah, saya masih bisa tersenyum, bukan?
Saya masih bisa menuliskan tentang arti kebahgiaan, bukan?
Puji syukur hanya kepada Allah SWT...
Nah, kali ini saya sedang memerankan tokoh si Arai pada buku Sang Pemimpi...
Apaan sih, ikut-ikutan aja...?!
Yang saya maksud adalah... saya berusaha seperti Arai, di saat orang lain mencoba mengasihaninya dengan linangan air mata, justru ia malah menghibur orang-orang di sekitarnya. Bukan berarti meski sudah diketahui perihalnya, lantas saya bermaksud untuk dikasihani. Sungguh bukan...
Justru saya sangat berterima kasih, karena diberikan jalan keluar dari permasalahan berat ini. Justru saya terharu, karena tidak mengira dan tidak menyangka... begitu banyak yang memberi perhatian pada saya, meskipun mungkin tak mengenal secara langsung siapa saya... tapi dengan cepat langsung memberikan yang terbaik untuk saya.
Maka, don’t be sad... saudara dan saudariku...
Afwan karena telah membuat panik dan juga keterlanjuran perihal ini yang berlarut-larut. Bukan bermaksud tak baik... tapi yakinlah, I love you all coz of Allah SWT...
Semoga inilah jalan keluar yang mendapatkan keridloan-Nya...
Semoga inilah titian untuk semakin mempererat ukhuwah kita...
Semoga inilah cinta yang terlahir karena-Nya jua...
Dan semoga inilah... yang akan menjadi jembatan menuju bahgia...
Amiin...
Teruntuk :
- dua saudaraku
- dua saudariku yang telah membantu banyak untuk ini
dan semuanya yang kucintai... hah, emang mo kemana sih, kayak pamitan aja?
Ya enggak, siapapun antum wa anti yang kukenal maupun tidak... makasih banyak telah mau menjadi saudara-saudariku karena-Nya, yang secara langsung dan tak langsung memberikan support dan spirit untuk aku terus bisa melangkah maju menggapai keridloan-Nya jua. Afwankan banyak kekhilafan yang tak tersampaikan dalam bentuk kata atau suara...
Apapun, bagaimanapun... perjuangan harus terus berlanjut...
Tak ada kata menyerah dalam rumus kehidupan...
Tak ada kata mundur, meski dalam penderitaan...
Karena kata seorang teman :
“Janganlah katakan, Allah aku punya masalah yang besar... tapi katakanlah, masalah aku punya Allah Yang Maha Besar...”
Maka...
“Andaikan seribu siksaan, terus melama-lamakan derita yang mendalam. Seujung rambut-pun aku takkan bimbang, jalan ini yang kutempuh. Bilakah ajal yang menjelang, jemput rindu-rindu syahid yang penuh kenikmatan. Cintaku hanya untuk-Mu... tetapkan muslim-ku selalu...” (Keimanan – Harris Shaffix).
6 comments:
pamitan kemana neh ?
udah dijelasin pada kalimat di bawahnya :)
jangan sedih lagi ya mba...sini ida peluk :)
Likah. ... peluka eraatt dari jauh
ukhtiku...
Teh Lizsa, kangeeeeeeeen banget...
kapan yah bisa ketemuan... pengen nyusul ke Jepang, ato masih di Indo ya Teh?
Post a Comment