Ya… banyak pilihan terbentang. Tapi semua itu tidak dapat dipilih secara bersamaan. Mungkin satu atau beberapa saja. Tergantung bagaimana pilihan itu akan dijalankan dengan penuh tanggung jawab tentunya.
Suatu waktu, seorang teman bertanya, “Likah, berapa lama lagi akan bekerja di sini?”
“Mungkin tidak berapa lama lagi...”
“Kenapa?”
“Karena saya punya pilihan lain. Menjadi ibu rumah tangga, tetapi tetap beraktivitas. Seperti mengajar privat, mengelola usaha bersama suami kelak, membesarkan anak-anak dengan penuh kasih sayang di rumah. Dan semua aktivitas-aktivitas itu dapat dilakukan tanpa harus meninggalkan rumah. Menulis, photography... saya ingin punya kegiatan di rumah yang mencakup banyak hal, utama pendidikan, dakwah dan sosial tidak ingin ditinggalkan,” saya menjawab sambil menatap langit biru.
“Oh, sepertinya indah...” dia ikut melihat seperti pandangan mata saya ke arah langit.
Mereka kelak harus mendapatkan kasih sayang yang cukup, tidak pula berlebihan. Serba dalam ukuran standar dan apa adanya. Dan rasanya memberi pendidikan di rumah dimulai sedari kecil bahkan disarankan oleh banyak ahli sejak dalam kandungan. Mengajarkan tentang kesederhanaan, kemandirian dan lain-lain, seperti almarhum ayah dan ibu angkat saya yang telah mendidik saya sejak kecil dulu. Tanpa pamrih, tulus dan tidak ada duanya menurut saya.
Saya juga tak ingin menjadi otoriter. Dan semua memang perlu dikomunikasikan dengan baik dengan orang-orang sekitar, agar sentiasa indah dalam naungan ridlo Illahi.
Ah, mungkin saya terlalu berlebihan dalam bermimpi. Tapi saya pantang menyerah pada keadaan. Meski memang pernikahan belum terwujud, setidaknya itulah rancangan awalnya dalam rumah tangga. Meski mungkin Allah tidak memberikan permata hati, tetapi saya tetap ingin merancang peta masa depan dan berusaha untuk selalu bersyukur dalam setiap hal. Tiada kenikmatan dunia, selain beryukur.
Meski tak menutup kemungkinan pula, jalan menuju kebahagiaan itu amat berliku. Namun ketika hal itu berawal dari niat baik, InsyaAllah... Allah akan membantu mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.
Pintu bernama pernikahan? InsyaAllah juga akan indah bila tiba waktunya.
Mungkin perihal ini dianggap tidak terlalu penting, tapi menjadi istri sholihah dan ibu, bukanlah hal mudah yang bisa dilakukan. Memerlukan banyak pembelajaran di setiap waktu, agar bisa menjadi yang terbaik untuk istri dan juga ibu.
Semua ada ilmunya. Seperti pengetahuan pada umumnya, meski pada setiap orang akan berbeda dalam penerapannya.
Karena itu, setiap wanita juga harus selalu membaca atau mencari banyak informasi. Sering berkomunikasi dengan banyak orang, sering berinteraksi dengan teman dan tetangga yang baik, turut serta dalam dakwah-pendidikan dan sosial. Bukan semata untuk mencari kesenangan tetapi ketenangan hati. Ada rasa tersendiri setiap bisa melakukan itu untuk orang-orang di sekitar kita, meski tak terbayar dengan harta manusia atau dunia. Tapi semoga Allah selalu meridloi perjalanan hidup kita.
Apakah saya tidak terlalu sayang jika kelak harus meninggalkan pekerjaan? Apalagi bekerja pada sebuah perusahaan asing bukan hal yang mudah?
Ya... karena ada yang lebih baik menurut saya dalam menuju ridlo-Nya. Saya sudah memiliki usaha meski masih kecil atau baru memulainya dari awal sekali. Saya harus terus belajar. Lagipula, kelak saya tetap padat kegiatan meski tinggal di rumah saja. Menjadikan rumah sebagai kantor atau tempat usaha dan lainnya? Kenapa tidak?
InsyaAllah. Memang kelihatan saya merasa yakin sekali sepertinya. Namun ini adalah bagian dari rancangan hidup saya dan juga ingin lebih bermanfaat bagi orang lain dalam banyak hal, semoga inilah pilihan jalan saya yang lebih baik.
12 comments:
ini namanya the power of hope and pray sist..InsyaALLAH pasti tercapai..
Harapanku dulu, persis seperti anti. Untungnya punya suami yang punya visi dan misi serupa, ini paling krusial, krn gak sdikit suami yg menganggab bahwa buat istrinya, gelar Karyawati lebih prestisius dari gelar sebagai seorang ibu rumah tangga 'saja'.
Mau nulis tentang ini ahhh.. ^__^
gak berlebihan, kok, tante. istri saya awalnya juga bekerja. tapi begitu Mas Gagah lahir, saya minta untuk berhenti. awalnya berat, tapi insyaallah bisa kita jalani.
bisakan kita memilih ut tidak memilih ?
^_^
amiin Ya Rabb..
owkeh, tetep semangat... :)
alhamdulillah...
semoga sentiasa dimudahkan sama Allah SWT... amiin...
untuk tidak memilih...? sepertinya juga termasuk pilihan Pak Dayan...
pokoke tetep semangat aja menjalani semuanya, owkeh... :)
hmm..sebuah pilihan yg bgus ukh,,mg tercapai..
amiin Ya Allah...
jazakillah ukhti fillah... :)
ok ok ok ^_^
siiip deh... :)
Aamin yaa Robb..
Semoga dimudahkan segalanya ya sayang... :)
amiin... amiin Ya Rabbal 'Alamiin...
ya, jazakillah ukhti fillah... semoga anti juga sentiasa dimudahkan dalam segala hal, amiin... :)
Post a Comment