"Nduk, nyapune sing resik. Mengko ben oleh bojo sing ganteng. Eh...! Tapi ojo ganteng-ganteng, mengko malah digawe rebutan wong akeh..."
Haha... ini kata-kata dari nenek yang masih sanak family ibu di Semboro (Tanggul, Jember) sewaktu saya lagi nyapu halaman sore hari. Biasanya setelah nyapu langsung ambil selang en siram jalanan ama pohon rambutan.
Ya... kata orang Jawa kebanyakan, cewek tuh harus nyapu yang bersih, terus jangan biarkan sampah menggunung tanpa diambil untuk dibuang, jangan berdiri di pintu, jangan makan di cobekan, serta lain-lain.
Kalo bagi saya, hal-hal tersebut tetap saya laksanakan, tetapi bukan karena petuah or pesan orang sepuh dengan atribut kepercayaan pada sesuatu sampai mengikat erat budaya sehari-hari.
Melainkan begini... nyapu yang jelas musti bersih, ya karena emang rumah bersih enak buat ditinggalin. Sampah yang jelas, setelah disapu dan dikumpulkan akan saya bakar di belakang rumah yang udah tersedia tempatnya. Tidak berdiri di pintu, karena bakal ketabrak orang yang masuk en keluar rumah, dan lain-lain. Untuk nilai besarnya, tetaplah saya serahkan pada Allah atas ketetapan segala hal.
Sama seperti ketika begitu datang ke Balikpapan dulu.
"Kalo kepengen sesuatu segera dibeli, terus kalo ditawari makan singkong ama ketan harus dimakan biar cuman sesuap, kalo nggak gitu nanti kamu kepohonan..."
Saya penasaran apa arti kepohonan itu? Apa bedanya ama keakaran, kedaunan...
Hmmm, ternyata setelah tanya sana-sini ada yang mengartikan kalo kepohonan itu sehabis kesamber jin di pohon apa gitu... terus ada yang juga yang bilang, musibah bagi yang suka ngebantah. MasyaAllah...
Alhamdulillah, dalam hal apapun meski saya tidak mengerjakan apa yang diperintahkan mereka yang percaya hal itu, saya tidak pernah mengalami musibah apa-apa. Pernah sih jatuh, tapi saat tempat cucian belakang rumah licin karena lumut. Nyambung gak...?
Yeah, pernah saya mencoba meluruskan perihal ini, tapi malah saya dibilang sok tahu dan juga masih bau kencur aja udah nentang nenek moyang.
"Nenek moyang ama kamu duluan mana, sih?" begitu kata mereka.
--------------------
Ya Allah... mereka lebih percaya kepohonan daripada kepada Engkau...
Mereka lebih suka adat yang membelenggu daripada sholat untuk menghadap Engkau...
Seolah hal itu telah mengikat erat tak terhenti meski telah ada kebenaran yang hakiki menuju jalan Engkau...
Alangkah indah tatanan hidup yang hanya karena Engkau semata
Maka semua dapat berjalan harmoni dan selaras dengan jalan yang telah Engkau tunjukkan...
Ya Rabbi...
Ampuni kekhilafan... ketidaktahuan yang mungkin malah menjerumuskan...
Ijinkan hanya jalan Engkau yang terpilih sepanjang hayat kehidupan
Mendapatkan ridlo Engkau di dunia dan akhirat...
Amiin... amiin... amiin... Yaa Rabbal 'Alamin...
Haha... ini kata-kata dari nenek yang masih sanak family ibu di Semboro (Tanggul, Jember) sewaktu saya lagi nyapu halaman sore hari. Biasanya setelah nyapu langsung ambil selang en siram jalanan ama pohon rambutan.
Ya... kata orang Jawa kebanyakan, cewek tuh harus nyapu yang bersih, terus jangan biarkan sampah menggunung tanpa diambil untuk dibuang, jangan berdiri di pintu, jangan makan di cobekan, serta lain-lain.
Kalo bagi saya, hal-hal tersebut tetap saya laksanakan, tetapi bukan karena petuah or pesan orang sepuh dengan atribut kepercayaan pada sesuatu sampai mengikat erat budaya sehari-hari.
Melainkan begini... nyapu yang jelas musti bersih, ya karena emang rumah bersih enak buat ditinggalin. Sampah yang jelas, setelah disapu dan dikumpulkan akan saya bakar di belakang rumah yang udah tersedia tempatnya. Tidak berdiri di pintu, karena bakal ketabrak orang yang masuk en keluar rumah, dan lain-lain. Untuk nilai besarnya, tetaplah saya serahkan pada Allah atas ketetapan segala hal.
Sama seperti ketika begitu datang ke Balikpapan dulu.
"Kalo kepengen sesuatu segera dibeli, terus kalo ditawari makan singkong ama ketan harus dimakan biar cuman sesuap, kalo nggak gitu nanti kamu kepohonan..."
Saya penasaran apa arti kepohonan itu? Apa bedanya ama keakaran, kedaunan...
Hmmm, ternyata setelah tanya sana-sini ada yang mengartikan kalo kepohonan itu sehabis kesamber jin di pohon apa gitu... terus ada yang juga yang bilang, musibah bagi yang suka ngebantah. MasyaAllah...
Alhamdulillah, dalam hal apapun meski saya tidak mengerjakan apa yang diperintahkan mereka yang percaya hal itu, saya tidak pernah mengalami musibah apa-apa. Pernah sih jatuh, tapi saat tempat cucian belakang rumah licin karena lumut. Nyambung gak...?
Yeah, pernah saya mencoba meluruskan perihal ini, tapi malah saya dibilang sok tahu dan juga masih bau kencur aja udah nentang nenek moyang.
"Nenek moyang ama kamu duluan mana, sih?" begitu kata mereka.
--------------------
Ya Allah... mereka lebih percaya kepohonan daripada kepada Engkau...
Mereka lebih suka adat yang membelenggu daripada sholat untuk menghadap Engkau...
Seolah hal itu telah mengikat erat tak terhenti meski telah ada kebenaran yang hakiki menuju jalan Engkau...
Alangkah indah tatanan hidup yang hanya karena Engkau semata
Maka semua dapat berjalan harmoni dan selaras dengan jalan yang telah Engkau tunjukkan...
Ya Rabbi...
Ampuni kekhilafan... ketidaktahuan yang mungkin malah menjerumuskan...
Ijinkan hanya jalan Engkau yang terpilih sepanjang hayat kehidupan
Mendapatkan ridlo Engkau di dunia dan akhirat...
Amiin... amiin... amiin... Yaa Rabbal 'Alamin...
8 comments:
begitulah ke makan mitos hehe.......*adat
TAnggul? Keqnya tahu deh itu di daerah mana :)
ya, itu yang harus kita berantas agar kembali pada jalan Allah... amiin...
iye, kan postingan mbak Elly tentang Jember akhir-akhir ini, hehe...
tugas kita semua tuh menyadarkan ortu2 kita ...
bener pak Dayan... tapi ya itu, mereka banyak yang tak mau ngedengerin karena mereka lebih dulu mengetahui tentang asam garam kehidupan...
berdo'a... berdo'a... dan terus berdo'a...
bener banget tuh mb,, berarti kita kudu tetap semangat deketin ortu..
ya nggak??
ya deketin sambil memberikan contoh dengan laku...
karena mereka itu sulit jika diberi kata-kata, so langkah nyata kitalah yang bisa memberikan pemahaman perlahan... amiin...
Post a Comment