Bismillah...
Di suatu waktu, aku melihat salah satu teman kerjaku sedang berjalan dengan teman wanitanya. Kulihat mobilnya terparkir dengan jelas di dekat tempat mereka berjalan. Aku hanya tersenyum sendiri, sedang mereka tak memperhatikan aku. Tampaknya akhir-akhir ini, memang aku sering melihat mereka berdua.
Esoknya, kuolok temanku itu, “Wuih, kalo udah berdua aja, lupa ama dunia lain? Hehe…”
“Yang mana, Mbak…?”
“Kemarin di Sepinggan. Yang waktu kamu pulang lebih cepat dari kita-kita…”
“Ooh, yang itu… makan bakso, Mbak…” katanya cengar-cengir.
Lalu dia mendekatiku dan berkata, “Mbak, dia itu non-muslim.”
Setengah sendu dia berkata begitu. Aku terdiam saja. Bingung, mo ngapain. Hanya dalam hati mendo’a sesuatu.
Waktu berselang, kira-kira telah ada sebulanan.
“Pak, punya putra atau putri yang usia remaja, nggak? Beli buku saya ama teman-teman, ya?” kataku pada seorang bapak yang kukenal baik, satu tempat kerja dan sering bersama teman yang kuceritakan tadi.
“Ada, dong. Buku apa?” tanyanya lagi.
“Buku antologi cerpen… bla…bla…” kujelaskan panjang lebar mengenai buku itu dan mengenai FLP.
“Boleh… boleh, berapa harganya. Uangnya sekarang-kah?”
“Besok ya, Pak. Uangnya juga besok saja.”
Lalu temanku yang pertama tadi berkata riang padaku.
“Mbak Likah, punya buku tentang mualaf, nggak?”
“Wah ada, kamu mau dipinjamin?” kataku antusias.
Teman-temanku yang lain, yang ada di situ langsung tahu tujuan dia bertanya seperti itu.
“Besok kubawakan sekalian. Ada beberapa, tapi kalo kamu mau beli di toko buku juga ada. Cuman udah lupa harganya, karena waktu itu aku beli di Jogja,” kataku lagi tak peduli dengan yang lain.
“Asyik... bawakan ya, Mbak. Kalau pesan bisa, nggak?”
“Bisa aja, tapi lebih baik kupinjami aja dulu, yah? Entar, kamu tinggal pilih yang mana, yang kamu suka untuk dihadiahkan,” aku jadi berbunga-bunga, bercerita tentang buku dan mualaf.
Hari ini, kubawakan kedua buku itu. Sepulang kerja kemarin telah kusiapkan dengan seksama.
Yaa Rabbi... mudahkanlah perjalanannya karena-Mu saja.
Jika ia membantu menuju jalan cahaya-Mu itu... sungguh berikankanlah yang terbaik untuk mereka...
Kuhadapi hari dengan sedikit ceria. Tentang mereka. Aku berharap dan menunggu hidayah segera tiba pada hati ia yang dicinta, meski memang dengan cara lumrahnya anak muda. Tapi aku berharap dan mendo’a. Bismillah...
3 comments:
hmmmmm, g tw mo komen apa. tapi entah napa, ni jari pengen nulis d sini...
tulis aja, hehe...
iya nich, bingun, hehe juga...
Post a Comment