Monday, 10 March 2008

Bencana dan kenaikan harga hingga bisnis...

Banyak bencana melanda hampir di seluruh wilayah negeri tercinta.

Banjir, longsor dan gempa susul-menyusul di berbagai daerah hingga membuat warga banyak mengungsi dan terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya yang tak lagi bisa dihuni.

Di tengah deraan kisah para pengungsi yang belum juga selesai, sekarang ditambah dengan harga-harga kebutuhan pokok yang kian mencekik leher. Jika biasanya bisa membeli banyak barang dengan uang yang ada, kini harus berhutang sana-sini karena kenaikan harga hampir berlipat-lipat (atau malah bisa dibilang bukan naik harga, tapi ganti harga – karena jauhnya selisih dari harga semula).

Kenaikan harga-harga tersebut, karena beberapa daerah memang memasok barang-barang kebutuhan pokok dari wilayah Jawa – dan sekarang banjir melanda hampir seluruh wilayah Jawa.

Dan dapat dilihat pada media (baik elektronik maupun media massa) demonya ibu-ibu pada saat hari perempuan beberapa waktu lalu yang meminta agar harga-harga pokok bisa diturunkan seperti sedia kala.

Tidak saja dengan ibu-ibu tersebut. Di rumah yang merupakan tempat berjualan barang-barang pokok pun membuat ibu saya dan para pembeli pusing tujuh keliling. Selain harga-harga naik, hal itu juga diiringi tidak adanya barang – seperti langkanya minyak tanah karena isu kenaikan harga pula, serta kebutuhan akan barang-barang yang lain.

Belum lagi biaya-biaya sekolah yang membuat banyak ibu-ibu di sekitar berbisik-bisik dan mengatakan buku-buku pelajaran sekarang tidak seperti dulu bisa dipakai turun menurun hingga tujuh turunan. Sedangkan sekarang harganya sudah mahal, juga hanya sekali pakai dan akhirnya terbuang sebagai pembungkus jualan cabai. Padahal ketika saya lihat, semuanya sebenarnya sama isinya dengan yang sudah-sudah dan dipelajari – hanya beda penerbit.

Sibuk dengan biaya-biaya, ibu-ibu juga bingung dengan gaji para pekerja yang tak lekas naik-naik karena sebagian besar mereka selain berprofesi sebagai ibu rumah tangga juga sebagai wanita pekerja (baik di kantor atau wirausaha).

Termasuk juga saya, meski belumlah menjadi ibu rumah tangga – namun karena saya bekerja, saya merasakan jumlah digit yang harus saya perkirakan agar cukup untuk bensin maupun kebutuhan sehari-hari.

Wah, kok jadi mumet ya...

Belum lagi anggaran beli buku harus terpotong setiap bulannya, karena harganya juga beranjak naik mulai 10 – 30% jika sudah berada di kota ini (Balikpapan – KALTIM), juga harganya tergantung dari tiap-tiap agen muslim yang ada. Biaya-biaya di kota ini begitu tinggi dan saat ini sudah mulai sulit mencari pekerjaan yang benar-benar bisa memenuhi kebutuhan serta untuk menabung.

Dan saya pernah berdiskusi dengan teman-teman – lebih baik enakan jadi guru privat ama jadi wirausaha – karena selain banyak manfaat juga karena 99% pintu rezeki terletak pada usaha.

Hmm, saya selalu terpacu semangat beberapa kali agar bisa menabung dan mempunyai modal usaha untuk ke depan (eh, ini cita-cita sejak lama lho... karena saya pernah belajar berbagai ketrampilan yang lumayan jika bisa dijalankan, insyaAllah...).

Wah, jadi teringat juga dengan buku dari A’a Gym yang berjudul “Saya tidak ingin kaya, tapi harus kaya.”

Atau juga bukunya Salim Akhum Fillah, “Gue Never Die,” alasan mengapa harus tentang bisnis.

Mengapa?

Dengan hal tersebut – bisa digunakan untuk naik haji, bisa digunakan untuk berinfaq membantu saudara-saudara yang terkena bencana, bisa memutar modal agar usaha bisa terus berjalan, dan tentunya bisa untuk menghidupi seluruh keluarga dalam keadaan lebih baik serta lain-lain yang insyaAllah sentiasa hanya digunakan di jalan Allah.

Lantas bagaimana dengan yang tidak bisa berbisnis, karena kegagalan yang sering dialami – sehingga kapok memulai lagi?

Tentu harus sering mencari celah dan jawaban dari kegagalan-kegagalan yang pernah dialami, karena itu adalah pelajaran ke depan sehingga tidak gagal untuk kedua kalinya. Lantas dari buku-buku yang pernah saya baca, kita juga harus rajin bersilaturahim. Dengan silaturahim, selain menambah saudara – juga bisa menambah eratnya ukhuwah antar saudara sekaligus berpromosi tentang usaha yang baru kita jalani.

Yah, dari berbagai hal yang saya tuliskan – mungkin amat memusingkan bagi yang membacanya (karena tidak berurutan, soalnya nyambi dengan pekerjaan, jadi mungkin ada yang tidak terkonsentrasikan di sana...).

Namun apapun bentuk keadaan yang ada – semoga kita selalu bersyukur dengan yang ada, bersabar dengan segala ketentuan-Nya.

Bukankah, Allah bersama orang-orang yang sabar?

Jadi yuk terus bersabar, agar kelak bisa masuk pada surga dengan pintu sabar.

Keep istiqomah wa hamasah...

Semoga kita selalu dekat dengan Allah SWT dalam keadaan apapun, dalam susah senang dan juga Allah SWT tidak akan menguji kita melewati batas kemampuan kita dalam menghadapinya. Serta tak lupa untuk selalu mendo’akan saudara-saudara kita yang lain, karena insyaAllah do’a saudara yang jauh dan tidak diketahui oleh yang dido’akan – semoga menjadi do’a yang makbul. Amiin.

No comments: