Monday, 25 February 2008

pak tua penyebrang jalan...

Dikala muram menjadi cahaya...

Kamis, 22 Muharram 1429 H / 31 Januari 2008 M

10.30 WITA


Pak Tua penyebrang jalan…

 

Hampir setiap hari saya melihatnnya di pinggir jalan itu. Setiap pagi atau di sore hari, ia selalu ada di sana (tapi sekarang sudah jarang terlihat).

Jika biasanya di musim penghujan saya menemukan banyak penjual jasa payung di wilayah kota-kota besar, maka kali ini yang saya temui adalah seorang penjual jasa penyebrang jalan.

 

Pak tua selalu memakai peluit untuk menghentikan kendaraan-kendaraan yang lewat di zebra cross itu. Wajahnya tidak tampak akan merasa sedih atau berkeluh kesah, bahkan ia begitu bangga bisa membantu orang lain untuk menyebrangi jalan itu.

Wajah yang penuh hiasan permata indah (senyum)...

Duh, saya sungguh-sungguh merasa malu melihat peristiwa demikian. Yang sering mengatakan senyum itu adalah sedekah, tapi sulit mempraktekkan seperti beliau – satu semangat lagi menyeruak ke sanubari.

Hmm, life is beautiful...

 

Meskipun terlihat sebagai jasa yang kecil, namun bagi saya hal tersebut sangat besar artinya, karena Pak Tua tersebut membantu berkurangnya kecelakaan yang sering terjadi di daerah tersebut (termasuk saya yang waktu itu sempat juga jatuh dari motor di lokasi itu).

 

Alhamdulillah, beliau sangat membantu banyak orang dengan jasanya...

 

Kurangnya lahan pekerjaan dan juga merangkak naiknya harga-harga barang, tentu memang banyak hal yang akan ditempuh oleh tiap-tiap orang ditambah dengan banyaknya orang yang tidak bersekolah tinggi dikarenakan biayanya yang sangat mahal. Dari mereka ada yang berbisnis, ada yang menjadi pemulung (seperti yang dialami oleh seorang Kepala Sekolah di sebuah sekolah di Jawa – artikel beliau pernah termuat di majalah Tarbawi dan juga pernah dihadirkan di acara Kick Andi – Metro TV ketika itu), dan pekerjaan lain-lain yang memaksa sebagian besar orang harus demikian adanya.

 

Kehidupan yang kian menghadirkan kemewahan pun juga menjadi beberapa hal yang terkadang membuat saya geleng-geleng kepala – dan kisah kali ini benar ada. Yaitu salah satu keluarga pemulung yang hampir setiap waktu mempunyai televisi baru, vcd baru dan barang-barang baru lainnya – mengapa demikian, karena setiap ia kredit – belum selesai dibayar sudah ditarik dealer lagi dan begitu seterusnya (karena itu barang-barangnya selalu baru).

 

Hal ini menurut saya juga dipengaruhi oleh hadirnya stasiun-stasiun televisi yang berlomba-lomba memberikan tayangan tentang kehidupan (mimpi) yang harus dimiliki oleh setiap orang. Mulai dari rumah yang mewah, sinetron-sinetron yang menghadirkan orang-orang bermobil, fasilitas-fasilitas hidup ber-merk kelas atas dan yang lainnya. Begitu banyaknya kemewahan yang dihadirkan, membuat sebagian besar orang lupa – bahwa segala sesuatu itu hanya titipan yang sementara saja.

 

Setiap peri-kehidupan terkadang di bawah, terkadang di atas – begitu silih berganti (ini berkaitan dengan beberapa email yang saya tulis beberapa waktu lalu) – (afwan nih, mungkin udah pernah dibahas dengan seorang rekan – semoga bisa manfaat bagi yang lain juga).

 

Belum tentu yang dilihat oleh sebagian orang terlihat indah, tetapi di dalam lubuk hati dan periahl yang dialami setiap orang selalu berbeda dengan kenyataan.

 

Bila rekan-rekan muslim semua pernah membaca buku “Bila Nurani Bicara 3” yang ditulis oleh Ibu Amelia Naim Indrajaya, rekan akan menemukan – sesuatu yang amat berharga untuk dipelajari.

 

Kisahnya berupa seorang manajer yang sukses membangun istana bisnis di manapun dari dalam hingga luar negeri, bahkan setiap jadwal begitu rapi untuk kunjungannya atau meeting-meetingnya. Terlihat ia begitu menikmati pekerjaannya, dan terlihat sangat sukses sekali – setiap orang menghormatinya dan melihat kesuksesannya yang demikian.

 

Tetapi di balik itu, ia menderita sakit yang luar biasa – selalu menghadirkan dokter dan tidak boleh telat minum obat, lantas hanya bisa menikmati beberapa suap Quacker Oat (havermout) setiap harinya (tak boleh makan nasi, dan juga makanan berlemak lainnya) – padahal ia mempunyai harta yang banyak untuk bisa membeli makanan mewah, bukan?

Hutangnya bertumpuk kepada vendor-vendornya, dan juga ia sangat jarang sekali bertemu dengan keluarganya meski hanya sekedar dari jauh saja – karena selama 24 jam sehari, ia harus mengawasi istana bisnisnya, jangan sampai ada yang terlewatkan setiap detik laporan yang dibuat untuknya.

Lantas dimana ia bisa menikmati hasil jerih payahnya atau ia menemukan kebahagiaannya?

 

Semoga menjadi ibroh bagi yang lain, yang masih melihat bahwa materi adalah segala-galanya (bukan berarti tidak boleh bekerja atau mencari penghasilan) – karena itu adalah untuk keperluan-keperluan kita dalam hidup – apa tak boleh kaya juga? Tentu tidak demikian, buktinya Nabi Sulaiman yang kaya raya justru malah bisa menambah ketaqwaannya kepada Allah dan menggunakan untuk keperluan yang baik.

Bukankah menggunakan secukupnya dan mensyukuri apa yang Allah rizkikan kepada kita, insyaAllah itulah yang membuat kita akan selalu terus bersyukur? Betapa Allah memberikan yang terbaik untuk kita selama ini – karena masih banyak yang lebih kekurangan di luar sana, daripada apa yang ada pada kita selama ini.

 

Saat melihat orang lain yang lebih tinggi dan kita pas-pasan saja, belum tentu Allah tidak sayang kepada kita – justru Allah memberi segala sesuatu sesuai dengan kadar kita.

 

Maksud hikmah dari Allah adalah bahwa yang tidak diinginkan-Nya kepada kita untuk ini adalah jika kita dilimpahi banyak materi – kita akan lupa pada sekeliling kita, kita akan lupa dan jauh dari-Nya, inilah maksud Allah kepada kita (seperti kisah Tsalabah yang dituliskan oleh Kang Abik – Habiburahman El-Shirazy di dalam bukunya atau kisah dari Qarun yang tertulis di dalam Al-Qur’an).

Dan inilah kehidupan kita yang sangat-sangat indah. Segala sesuatu mempunyai hikmah dan ibroh bagi kita.

 

Meski terlihat sederhana saja, banyak fakta membuktikan – seorang penjual krupuk bisa naik haji dengan kedua orang tuanya, seorang pedagang kaki lima bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi, dan masih banyak fakta-fakta lainnya.

 

“Nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan.” (QS. Ar-Rahmaan : 13).

 

Yuk, selalu mensyukuri segala sesuatu dari hal yang terkecil yang Allah berikan kepada kita. Semoga di tahun baru Hijriah yang masih kita jalani ini, kita bisa terus bermuhasabah dan juga memperbaiki semua untuk ke depannya. Amin.

 

No comments: