Tuesday 25 March 2008

ingatan saya...

Sebelumnya saya tak mengenal buah-buahan itu…

Ada ley (gimana nulis yang bener, ya?) semacam kayak durian tapi berbeda, lalu ada kecapi dan juga ada cempedak...

 

Saya baru mengenal buah-buahan ini setelah ada di Balikpapan, dulu di Jawa tidak ada. Bahkan yang ada di Jawa (buah mentega) malah belum saya temui – baru pohonnya saja yang saya lihat ada, tapi juga belum berbuah karena memang pohonnya itu harus sepasang.

 

Buah mentega pohonnya tinggi lurus seperti cemara, daunnya lebar mirip daun pohon ketapang, buahnya harus matang di pohon (karena kalau muda dan disimpan, malah dia tidak matang-matang – justru layu dan kering), kulit buahnya berbulu jadi harus dibersihkan dulu sebelum mengupas, baunya tajam, berbiji banyak sesuai ruasnya (tapi tidak seperti manggis), dan pohon ini ada dua jenis.

Satu jenisnya, buahnya berwarna merah dan bentuknya kecil seperti manggis -  sedang yang satunya, buahnya berwarna kuning (hampir orange) dan bisa lebih besar dari manggis.

 

Dulu di desa saya, buah ini hanya dua orang yang punya (salah satunya, ayah) dan pohonnya tumbuh besar tepat di belakang rumah, dan yang merupakan jenis yang buahnya kuning. Buah ini termasuk langka, dan biasanya banyak juga yang minta untuk tidak dimakan begitu saja – tetapi mereka suka menggorengnya dengan tepung (rasanya jadi seperti tapai, kata mereka), padahal menurut saya malah enak dimakan seperti itu saja.

 

Ada teman yang bertanya, apakah buah mentega itu yang dibuat untuk mentega itu?

Tentu bukan, karena itu hanya nama buah saja sedang mentega ‘kan dibuatnya dari minyak. Jauh, hehe...

Ya, tapi sudah lama sekali saya tidak menikmati buah itu – jika saya ketemu bijinya, tentu akan saya tanam, hehe...

 

Lantas saya juga teringat pada kereta api yang dulu sering lewat dekat rumah mbah – lain desa dengan saya (karena rumahnya memang dekat rel kereta). Sebelumnya saya tak bisa tidur saat pertama menginap di sana, tapi lama-kelamaan akhirnya sukses juga bisa tidur nyenyak.

 

Naik kereta dan bis kota, sekarang tidak bisa saya nikmati lagi – kalau mau naik bis pun juga mungkin jika keluar kota saja, seperti Samarinda – selain itu memang jalan rayanya kecil tidak seperti di Jawa – jadi bis akan jarang melewati jalan-jalan di sini (Balikpapan). Sedangkan di dalam kota sendiri, malah lebih banyak angkot (orang-orang Balikpapan menyebutnya taksi).

Jika di daerah Jawa, sebutan taksi adalah untuk yang memakai argo saja.

 

Begitulah, adaptasi dengan masyarakat sekitar dan lingkungan yang ada. Terkadang ada bahasa yang masih saya tak pahami, terkadang malah saya yang lupa menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan saya pun ditertawakan oleh teman-teman saya.

Ya bagaimana, wong saya lupa dan juga agak sulit menerjemahkannya...

Bahkan, terkadang sampai sekarang masih saja agak sulit (untuk kata-kata yang jarang digunakan), hehe...

 

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

(QS. AL-Hujuraat : 13).

 

Ya, di kota inilah saya jadi mengenal banyak suku, bahkan bisa dibilang semua suku dari Sabang sampai Merauke ada di sini – seperti halnya pula kota Jakarta.

Namun, bukan berarti perbedaan-perbedaan yang ada malah membuat semuanya bermusuhan – justru karena ini tempat perantauan, kami merasa seperti saudara yang sudah kenal lama dan punya perasaan yang sama berada di perantauan.

Siapa lagi jika bukan mereka saudara kita, karena mungkin keluarga kita berada jauh di tempat lain dan sulit untuk bertatap muka.

 

Dan, sudah hampir tujuh tahun saya berada di kota ini – dengan berbagai pengalaman suka dan duka yang silih berganti, menambah banyak saudara seiman yang menguatkan dan menyemangati tiada henti...

 

I love you all coz of Allah...

3 comments:

fitri andriani said...

buah mentega????? baru denger sekarang deh .... hehehehhe

Likah - Syafa Azizah said...

tapi mang ada, lho...
kalo ada waktu untuk pulang kampung nanti, mudah-mudahan pohonnya lum ditebang...

Ekohm Abiyasa said...

Seperti ini yah buahnya?