Friday 28 March 2008

perjuangan tiada henti...

Mengarungi samudra kehidupan

Kita ibarat para pengembara

Hidup ini adalah perjuangan

Tiada masa ‘tuk berpangku tangan

 

Setiap tetes keringat darah

Tak akan sirna ditelan masa

Segores luka di jalan Allah

‘Kan menjadi saksi pengorbanan...

 

(Shoutul Harokah)

 

Yup...!

Begitulah senandung saya saat kurang bersemangat. Bahwa masih banyak yang harus dilalui dalam hidup ini. Tidak sekedar mampir, tidak sekedar bersenda gurau – semuanya masih perlu perjuangan tiada henti...

Kadangkala, mungkin pernah putus asa dengan berbagai cobaan yang ada... tetapi sesungguhnya amat banyak arti dan makna yang terabaikan jika lebih menuruti keadaan patah arang tadi.

 

Alhamdulillah, saya punya kendaraan yang bisa dipakai untuk berangkat dan pulang kerja setiap hari – saya namakan ia ‘sahabat perjuangan’, karena jasanya sungguh luar biasa. Mengapa? Ya, karena jika melintas di jalan yang sering saya lalui – banyak pedagang kecil yang masih menggunakan sepeda pancal, sedangkan yang saya punyai sepeda motor. Duh, andai saya bisa membantunya... alangkah ingin saya melakukan sesuatu yang berarti, tanpa harus hanya melihat saja saat melewatinya.

 

Berkaca, ya berkaca tidak harus di air atau cermin yang biasa menampakkan gambar diri...

Tetapi berkaca pada sekitar, amat banyak pelajaran berharga yang tak patut dihindari meski sekejap. Karena semuanya memberi pengetahuan tiada henti.

Namun, tetaplah semua yang ada dan mengandung pelajaran mudah untuk diterapkan – ya, terus berusaha dan tidak malas adalah kunci jawabannya...

Biarpun semua bisa dicerna dan diserap dengan baik, kalau tidak dilaksanakan? (duh, ini terkadang juga masih terjadi sama saya – karenanya saya harus pancangkan tekad kuat-kuat, agar tidak mudah malas dan membiarkan ilmu yang bertebaran itu menghilang begitu saja...).

 

Yuk, semoga apa yang ada di sekitar adalah menjadikan kita selalu berarti...

Seperti buku yang saya baca berjudul “The Straight Path” bertebaran kata-kata hikmah di sana dan salah satu yang saya ingat adalah dialog antara seorang ayah dengan anaknya tentang arti sebutir pasir...

Jika pasir kecil saja begitu berarti, apalagi kita sebagai manusia...

 

Subhanallah...

Begitu berartinya kita hidup di alam ini, karena memang tidak ada satupun ciptaan-Nya yang sia-sia meski hanya sebesar biji dzarah.

Karenanya, semoga saya bisa menjadi berarti minimal untuk diri saya sendiri – bahwa segala sesuatu harus terus diperbaiki untuk lebih baik dan menjadi insan yang bisa mendapatkan ridlo-Nya selalu di tiap waktu.

 

Allahu Akbar...1!

1 comment:

parlan fighter said...

jika bukan karena iman, mungkin setiap saat kita bisa mengakhiri hidup itu, maka... nikmat Tuhan manakah yg kamu dustakan??

*nice articel