Tuesday 15 April 2008

Menikmati hujan, alam dan hari-hari...

Hujan mengguyur hampir di tiap pagi dan sore hari.

Dan terkadang cuaca tidaklah menentu…

 

Pagi yang terlihat cerah dengan sinar matahari, tampak redup dengan cepat berganti awan tebal hitam yang menjelma menjadi hujan kemudian.

Atau di pagi hari hujan begitu deras, namun di sore hari saat pulang kerja – awan terlihat indah dengan warna-warni pelangi bahkan terkadang sang matahari muncul dengan riangnya.

Di saat berangkat kerja setiap harinya, sampai di kantor dalam keadaan basah kuyup karena jarak rumah yang lumayan jauh hingga 15 km ke tempat kerja. Maka mau tidak mau harus bermain dengan hujan dan mengejar sang waktu yang begitu cepat berlari meninggalkan hari.

 

Hmm, tidak mudah melewati sang hujan. Terasa main umpet-umpetan, tapi juga asyik – jadi mengingat masa kecil yang dulu sering sakit karena tak henti bermain dengannya. Hari-hari terasa indah meski cuaca tidak menentu, justru di balik cuaca-cuaca itu – terbentang keindahan alam ciptaan-Nya tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Rasanya seperti berjalan di bawah permadani langit (bukan berjalan di atas permadani, hehe...).

Yah, belum lagi ditambah dengan hijaunya rumput-rumput dan mekarnya aneka bunga di sisi-sisi jalan yang terlewati – wah, menambah keelokan sang alam di setiap harinya (semoga tidak ada yang merusak tanaman-tanaman itu).

Ini belum berada di surga. Lah, bagaimana lagi kelak jika kita masuk surga? (semoga) tentu jauh lebih indah dari pemandangan yang setiap hari kita lihat di dunia ini.

 

Tak henti-hentinya saya melihatnya sepanjang pagi dan sore hari pada panorama ini, meski saya berkendaraan motor yang memang harus ekstra hati-hati, namun saya sungguh tak bisa melepas pandangan mata untuk menatap alam ini.

Terkadang saya berhenti sejenak untuk melihat pantai dan laut yang begitu luasnya dengan warna biru, abu-abu bahkan jingga jika senja tampak di sisi atap langitnya, atau sekedar melihat sisa titik-titik hujan yang telah reda. Ingin rasanya memotret keindahannya atau merekamnya (tapi cukup di memori hati saja, karena tak punya alatnya, hehe...).

 

Subhanallah wal hamdulillah, Allahu Akbar...

Sungguh Allah SWT benar-benar Maha Pencipta dengan segala keindahan, kepada setiap makhluk-Nya.

 

Sehingga mungkin sering terbetik dalam diri kita, sebenarnya alam tidak akan rusak jika tidak ada manusia yang rakus terhadap hutan alam kita. Illegal logging yang tak kunjung selesai, juga dibukanya hutan sebagai lahan pemukiman adalah sekian persoalan yang membutuhkan uluran tangan banyak pihak.

Tidak terkecuali adalah diri kita sendiri.

 

Lah, terus kita-kita mang pada bisa ngapain?

Tentu saja bisa dimulai dari lingkungan rumah sendiri dengan menanam aneka tanaman bunga atau apotek hidup (agar mudah bikin jamu kalo lagi sakit, hehe...). Atau pohon kecil-kecilan (yang kelak juga pasti besar, sih...) agar tempat tinggal kita semakin sejuk dan membuat kita betah dan pasti bisa mudah mencari inspirasi untuk menulis dari melihat rimbunan bunga-bunga yang bermekaran tersebut.

Memang tergantung masing-masing orang dalam mendapatkan inspirasi. Bisa dari melihat alam, melihat tetesan air atau senja dan hal lainnya. Namun bagi saya, segala sesuatu bisa menginspirasi – meski tak ada tulisan yang mungkin bisa menakjubkan.

Yah, tapi tak boleh berputus asa, bukan... semangat...!

 

Hmm, saya selalu tersenyum sendiri jika sudah melihat alam – rasanya selain bisa menentramkan hati, juga menjadi pelajaran hidup agar mudah bersyukur dengan segala sesuatu yang ada (soalnya masih banyak lho saudara-saudara kita yang masih mengandalkan mata pencaharian dan makanan sehari-harinya dari alam).

Belum lagi berita di awal tahun ini dari Guiness Book of Record yang memberikan predikat pertama bagi negeri kita untuk pengrusakan hutan paling cepat di seluruh dunia.

Dengan aneka pengrusakan alam inilah, banyak bencana alam yang dikarenakan oleh ulah kita sendiri. Hancurnya terumbu karang di laut yang merupakan kekayaan alam kita dan dari seluruh dunia terdapat 70%-nya di Indonesia, polusi yang memenuhi udara kita, hutan yang tak lagi bisa menampung aneka satwa, tanah yang tak lagi subur untuk tanaman, dan yang lainnya.

 

Mengutip lagi tentang 3M-nya A’a Gym. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, mulai dari sekarang.

Semoga kita bisa memahami bahwa semua pengrusakan alam akibat ulah kita sendiri, maka dampaknya pun juga akan lari pada diri kita. Meskipun mungkin kita mengelak dari (termasuk) pengrusak alam tadi. Kenyataannya kita masih suka membuang sampah sembarangan, menggunakan sabun cuci yang tidak baik untuk tanah dan membakar sampah yang semestinya masih bisa didaur ulang, dan lain-lainnya. Iya, kan?

Bahkan terkadang di jalan saya temukan kendaraan roda empat dan orang yang berada di dalamnya membuka kaca jendela mobil sedikit, dan tiba-tiba sudah menjatuhkan sampah di jalan raya (pikirnya, mungkin masih ada pasukan kuning, kali ya...).

Dan lebih banyak lagi saya temui orang yang berkendaraan roda dua sambil merokok, sepertinya mudah sekali membuang puntung rokoknya di jalan atau tempat sampah yang sudah disediakan malah isinya tidak sesuai dengan tulisan yang ada di tempat sampahnya – yang basah berisi kering, yang kering berisi macam-macam.

Kata mereka, bukankah peraturan dibuat untuk dilanggar? Tidak terkecuali orang yang membuat peraturan itu sendiri.

Kalau berpikirnya seperti ini, bagaimana dengan aturan-aturan Allah yang diamanahkan kepada kita? Apakah kita juga akan melanggarnya?

Na’udzubillahi min dzalik.

 

Sesungguhnya Allah SWT amat pedih siksanya. Dan kita tak akan pernah sanggup menahan pedihnya. Semoga tidak demikian kita semua...

 

Ya, apapun bentuk hari-hari yang kita lewati – semoga menambah syukur kita di sepanjang waktu yang ada.

Di saat hari cerah maka ada nasyid dari milknya Al-Ghinat dengan Muhasabah...

 

Sinar mentari kian memudar

Lembayung senja pun makin merona

Menghias indah ke wajah rembulan

Dan malu-malu menyapa sang malam

 

Untaian bintang berkerlip benderang

Menghias angkasa yang gulita

Mencoba arungi malam yang sunyi

Dalam dzikir hatiku pada-Mu

 

Ya Allah kini malam-Mu telah singgah

Ke dalam hati hamba-Mu yang resah

Ya Allah lukisan malam-Mu nan megah

Iringi daku sujud bermuhasabah...

 

Sinar mentari bersinar lagi

Menyapa kilauan si embun pagi

Kicau rinai sapa merpati

Menjadi melodi warnai hari

 

Langit biru berhiaskan awan

Mengajak sang surya beranjak terang

Hangat sinarnya beri harapan

‘Tuk isi hari yang telah Kau beri

 

Ya Allah kini siang-Mu kembali

“Kan kucari rizki dan taqwa diri

Ya Allah kini kian aku sadari

Kebedaran-Mu di malam dan siang hari...

 

Di saat hari sedang hujan ada pula sedikit syair nasyid dari milik Gradasi...

 

Percik-percik air hujan

Jatuh ke bumi membawa rizki...

Hilangkan dahaga ini

Lenyaplah sudah gulitanya malam

 

(wah, saya tak paham nasyidnya, tapi kira-kira begini, hehe...)

 

Membawa diri dengan semangat dalam segala situasi, insyaAllah selalu membuat kita akan merasa betapa Allah begitu mencintai kita semua sebagai hamba-hamba-Nya. Tak ada yang terlewatkan sedikit pun pemberiannya baik dalam bentuk ujian dan kebahagiaan, yang meski sedikit dan payah kita rasakan – namun di sanalah nikmat syukur itu berada.

 

Yuk, selalu memberikan yang terbaik dalam hidup kita hanya untuk Allah SWT semata – dan hanya harapkan ridlo-Nya.

“Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan.”

 

Subhanallah...

2 comments:

dona triana said...

ass...apakbar mba? af1 mba' tulisannya sayang bgt gk bisa dbaca...padahal penget bgtt bacanya...

Likah - Syafa Azizah said...

iya... soale sudah berkali-kali ganti rumah, trus akhirnya inilah rumah yang tetap, hehe...
insyaAllah ntar diganti ya... jazakillah...