[my journey - part 2] - Merana...

Kata orang MERANA itu bisa disebabkan putus cinta atau cinta bertepuk sebelah tangan... tak tahulah siapa orangnya...

Padahal aku juga pernah merana, nah inilah awal mula petualangan hidupku dimulai pada abad ke-20, kawan... kau pasti ingin tahu lagi, kan..?

Iya, kan...? iya, nggak...? ah, sudahlah... tak perlu pusing... aku aja nggak pusing,
hehe...

Saat itu aku tak tahu usia berapa, tapi kudapati kepalaku digunduli orang tak kukenal dan selalu disekap dalam kamar... bayangan itu samar-samar kuingat, kawan... tak semuanya...

Seolah-olah mimpi yang hadir di tidurku begitu gambarannya, kawan...

Benar-benar merana... karena aku tak tahu ada dimana dan juga tak tahu orang tuaku dimana...

Yang aku tahu makan dilewatkan jendela dengan seutas tali... ruangan itu pengap dan dingin serta gelap... serasa di gua hantu...

Kulihat anak-anak tetangga begitu riang, mencari buah ceremai (pohon yang mirip belimbing sayur atau wuluh, tapi berbuah bulat dan sering dibuat manisan) yang sudah masak atau kedondong di tengah kebun... aku tak seriang mereka, bahkan menampakkan gigi untuk tertawa pun rasanya hambar...

Lalu aku dan kakak perempuanku menciptakan mainan sendiri, maksudnya bermain sendiri di ruang pengap itu... benar-benar aku merasa terkucil dari peradaban...

Entah pada hari apa, tiba-tiba kudapati aku dan kakakku sudah berada di rumah itu... rumah kecil yang dijadikan tempat bernaung, dari lamat-lamat yang kudengar... aku dan kakakku akan tinggal di sini dan orang yang mengantarkan kami itu pergi entah kemana... dan siapa dia... ah, entahlah...

Kudengar juga, bahwa desa itu bernama Kendalrejo... dan rumah ini milik kamituwo (kepala dusun) desa itu. Aku nggak mudheng... sedikit puyeng... apa maksudnya, yah...?

Maka hariku sedikit berubah, tapi kata orang aku masih pendiam... ditanya nama saja langsung nangis atau diam seribu bahasa, bener-bener anak kecil yang ketakutan diculik...

Tapi tak bertahan lama... mungkin cuma seminggu, dua minggu atau sebulan... entahlah, kawan...

Kudengar bisik-bisik lagi dari orang-orang dewasa di sekitarku... bahwa aku dan kakakku akan dibawa pergi ke rumah lain, masih di desa itu... tapi yang mau menerima kami apa adanya...

Aku merasa seperti terhempas oleh pantai, terombang-ambing di tengah lautan dan kemudian berpusar di sekitar angin puting beliung yang menyerang... aku sudah pasrah, aku tak tahu...

Katanya lagi, keluarga yang mengurusi kami (kamituwo tadi) ini tidak mau membesarkan kami... cukup MEREPOTKAN...

Mereka bilang usiaku dua tahun... dan kakak perempuanku, lima tahun... aku ingat sekali, kawan...

Dan keluarga baru yang akan kami datangi... mereka tidak dikaruniai anak, semua anak angkat... maka aku dan kakak perempuanku menjadi anak ragil untuk keluarga baru... mereka berkenan hati mengurusi kami,.. tapi justru inilah keluarga yang indah seperti di awal kuceritakan... meski awalnya terbuang... eh, apa tepat kata TERBUANG...

Tapi memang kami adalah orang-orang yang terbuang... dan di saat sedang dalam lelap tidur... maka...

(to be continued... next : berpetualang bagian 1)