Thursday, 18 December 2008

[my journey - part 8] – Segenggam harapan...

Kawan, aku terlupa... sejak kecil, kolong tempat tidurku berisi aneka macam buku jumlahnya ratusan buku... kumpulan cerita rakyat dari dalam dan luar negeri, dongeng dan juga buku-buku serius lainnya...

Ayah juga masih berlangganan koran Suara Karya atau kadang jika sempat Jawa Post hingga Jayabaya (majalah berbahasa Jawa). Begitu banyak bacaan hingga kadang tak habis kubaca sampai menjelang tidur...

Kalo kawan bercerita tentang sebuah dongeng atau yang lainnya, maka aku tahu sambungannya... hayo mo dongeng luar atau dalam negeri...? sekali lagi... INTINYA AKU SELALU SOK TAHU... ^_^

 

Oh ya, satu hal lagi yang kuingat dan dapat kuceritakan untukmu, kawan...

Saat kelas dua Sekolah Dasar, wali kelasku bernama Ibu Widjayanti (biasa dipanggil Bu Wid)... mengajarkan matematika yang bagiku memusingkan kepala kucingku... eh, kepalaku...

Entah bagaimana mulanya, seluruh kelas jadi satu, bahu membahu, sambung-menyambung menjadi satu di kelasku... untuk apa gerangan?

Untuk mengerjakan soal yang sebenarnya sudah pernah diajarkan dan mudah... tapi, ada penyusup dan provokator, entah siapa itu...

Akhirnya satu kelas sepakat, kalo semua jawaban sama... dan dapatkah kau tebak, kawan...?

Kami semua mendapat telur yang tinggal didadar di rumah...

Sungguh... baru kali itu ada nilai nol bertengger indah di buku tulisku... rekor, kan? Karena jarang-jarang ada angka nol mau mampir ke pintu rumah bukuku, ck... ck... ck...

Tak tertanggungkan rasa malu...

 

Pesanku, kawan... jangan sekali-kali engkau menyontek atau mau disuruh-suruh kalo tak mau dapat nilai yang sama sepertiku... maka, sejak itu kuikrarkan pada diriku di atas pohon salam, AKU TAK MAU DIMINTAI JAWABAN ATAU MENYONTEK...

Harus percaya diri dan rajin belajar... kayak iklan, itu lho...

“Mau pintar...? makanya belajar...”

Satu lagi korban iklan...! dasar...!

 

Seharian aku tak bisa tidur... tahukah kau, kawan?

Nanti malam aku dan rombongan keluarga guru akan berangkat ke Yogyakarta... bayangkan... aku aja cuman tahu ceritanya dari sejarah atau buku Bahasa Indonesia, eh... aku mau berkunjung kesana... benar-benar beberapa waktu tak bisa kudengar nyanyianku sendiri... susah tidur, susah makan... aku bingung, apa yang akan kudapatkan di Yogya...

(kuceritakan lain waktu, gimana kawan... mau, kan? Mau...! baiklah, sepakat lagi...)

 

Kulanjutkan lagi ke persoalan tentang buku...

 

Lalu untukku sendiri, aku juga diberi majalah anak-anak... ANDIKA (Anak dan Pramuka)...

Satu lagi aku naik tingkat... aku sudah kelas empat Sekolah Dasar...

Suatu waktu, kulihat edisi majalah itu sedang mengadakan kuis... aku berminat sekali...

Aku bertanya pada ayah, dimana kantor pos dan apa itu kartu pos... karena jawaban harus ditulis di kartu pos... pokoknya serba pos...

 

Esoknya setelah kuis itu kuselesaikan, ayah berkenan mengenalkan dan mengantarku ke kantor pos... aku merasa tersanjung sekali... jaraknya empat desa dari desaku... tepatnya di kecamatan... dan baru kali itu aku tahu bagaimana cara mengirim surat atau kartu melalui kantor pos... aku sampe terbengong-bengong mendengarkan penjelasan ayah... mungkin ayah juga capek kutanyain terus, kasihan... tapi aku masih saja ingin tahu... satu lagi tambahan tanyaku...

 

“Ayah, apa itu perangko, memang kenapa harus memakai perangko... kalo sudah bayar aja gak perlu pake diganti perangko juga udah bisa... Ngabis-ngabisin kertas, aja kan?”

 

Tapi kawan... meski pertanyaanku tak penting, bahkan untukmu sekalipun (lagian kalo sudah dibayar, kenapa pake kertas lagi ditempel-tempel di pinggir bukan di tengah...?) catatan untukmu, kawan... kadang aku SELALU INGIN TAHU HAL YANG TAK PENTING...

Namun dengan kedermawanannya, beliau masih menjawab tanyaku dengan senyum... tak akan kuceritakan bagaimana penjelasan ayahku tentang perangko padaku, kawan...

Nanti kau menyontek untuk memberi tahu pada anakmu juga, iya kan? Carilah cara sendiri...

Yang jelas... ayah tetap pujaan hatiku... tak lelah menjadi gudang ilmu untukku... selalu berharga setiap katanya untukku... anaknya yang SELALU INGIN TAHU DAN SOK TAHU ini...

 

Dua bulan kemudian...

 

Aku menunggu dan menunggu dengan cemas di dua edisi... kalo tak salah, edisi dua bulan kemudian... kucari-kucari, kubalik-balik... tidak ketemu...

Ayah juga ikut mencari, barangkali aku tak teliti... tapi, ayah juga tak menemukan... aku cemas tak tertanggungkan, tak bisa tidur semalaman... paginya kucari lagi, dan... Aha!! rupanya ia jadi satu dengan cerpen bergambar kodok...

 

Di majalah Andika itu aku memenangkan kuisnya dan mendapat kaos serta majalah lawas... Pak Post yang mengantarkan menggunakan alamat sekolah... bukan kepalang senangnya aku, seperti orang habis menang lotere... bahkan teman-teman dan guruku pada merubungiku seperti semut yang akan kehabisan gula...

Sepulangnya... aku tunjukkan pada ayah, hadiahku itu...

 

Aku menjadi pelopor sejak saat itu... teman-teman baik yang kelas di bawahku atau di atasku, juga jadi rajin mengikuti kuis di buku lembar kegiatan siswa (LKS) yang dibagikan... ah, mereka cuma bisa mengekor... tapi tak apalah, aku jadi terkenal, hehe... sesuatu yang dianggap wah, kalo nama orang dicantumkan pada sebuah buku dalam bentuk ketikan rapi khas percetakan... berarti orang itu istimewa, begitulah anggapan mereka...

Sebuah nama sungguh sangat mempesona dan terhormat jika disebutkan atau dituliskan... apalagi sekalian nama lengkapnya, mereka akan bangga... meski aku hanya mendapat kaos seperti pembagian dari beberapa partai saat PEMILU... mereka makin senang padaku...

Apalagi ayahku juga sangat terkenal di berbagai desa...

Eh..! sebentar, kawan... jangan-jangan nama ayahku ikut berperan dalam hal ini... tapi setelah kutelusuri, kata orang-orang aku memang mewarisi kemashyuran ayahku...

Gubrak...!!! Sama saja, yah...?

 

Dan sobat... di kelas empat ini, wali kelasku bernama Pak Panut... nama yang aneh untuk kudengar sepanjang usia sekolahku... tapi justru kelihatan kalo dari namanya bisa dibuktikan...

“Dia adalah orang Jawa...”

 

Kelas gaduh di jam pertama tahun ajaran baru... oh, rupanya akan ada pemilihan perangkat kelas...

Dan jabatan yang kupegang adalah sekretaris... kerjaannya cuman nulis, menggantikan guru yang malas kalo ia tak mau mendikte murid... dan kawan, tahukah kau?

Jabatan sebagai sekretaris... dimana menulis yang dianggap remeh ini, kelak yang akan mengubah hidupku... dan juga selalu kujabat sampai aku bekerja... kelak akan kuceritakan bersama sambungan yang lain... agar ceritanya runtut, kau menurut saja padaku dulu... YAITU... kau baca saja lanjutan tulisan ini...

 

Di kelas ini juga... aku baru mendapat peringkat di lima besar... duh, senangnya... mirip bebek nyebur habis mandi... aku keciap-keciap kegirangan... dan di tahun itu pula, ibu juga pensiun sebagai guru...

Tuntas sudah tugas ayah dan ibu di dunia pendidikan... di usia senja, yang tinggal mengambil hasil jerih payahnya selama puluhan tahun...

 

Namun seolah ada perjanjian tak tertulis tercatat di kepalaku... maka, untuk kedepan... ada amanat yang aku emban dari mereka... aku harus terus belajar, meski dalam kepayahan tak tertanggungkan... sekolah itu penting, pengetahuan itu penting, membaca itu penting...

Dari ayah-kulah hobi membaca kuwarisi hingga kini...

Segenggam harapan siap untuk dihampiri...

Lalala... lilili... duh, indahnya sang mentari...

 

 

(to be continued... next : Gagal yang bahagia...)

4 comments:

Luluk Lestari O. said...

Pembaca setia nih ^^

Ummu Thoriq Andalusia said...

iya.. nunggu novelnya keluar.. ^___^

Likah - Syafa Azizah said...

baca terus ya, mbak...
siapa tahu kebidik kamera saya, terus...

rahasia dulu... hehe...

Likah - Syafa Azizah said...

boleh-boleh... harus dari kisah pertama, hehe...

PENGUMUMAN NIH BUAT PEMBACA... TETAP BACA SAMPAI AKHIR, KARENA AKAN ADA KEJUTAN YANG SEDERHANA, YANG RAHASIA...

syaratnya : harus dibaca dari awal sampai akhir... secara sembunyi-sembunyi saya akan mengamati siapa yang berhak mendapat kejutan, hehe...

KALO DEKAT, SAYA ANTAR SENDIRI KE RUMAHNYA...
KALO JAUH AKAN SAYA KIRIM VIA POST, TENTUNYA...

jadi... tetaplah terus membaca, HIDUP MEMBACA...!!