[part 1] - waktu yang telah terlewati...

Bismillah...

Akhirnya udah 8 tahun menginjak, jalan-jalan, berlari, bermukim di Balikpapan. Ah, mengayuh hari yang kadang menyesakkan dada. Adakah saya masih meragu atau banyak merasa kecewa saja untuk tetap melabuhkan hari-hari yang terlewati ke depan? Bukan berarti saya tak kerasan atau karena apa, tetapi terasa sekali ujian di Balikpapan adalah ujian terberat dalam hidup saya. Bertemu dengan kedua orang tua kandung sendiri, namun hingga kini saya belum diberi penjelasan mengapa saya dulu diberikan ke orang lain. Apakah hal ini terlalu berlebihan? Entahlah, tetapi saya sungguh-sungguh ingin paham mengapa begitu...

Kehidupan di sepanjang hari selalu terlewati dengan kekakuan yang tak kunjung mencair, rasa curiga, tak percaya kepada saya lebih banyak daripada kasih sayang yang saya harapkan semenjak dulu. Apapun itu, rasanya saya pun tak lagi mencari kasih sayang itu, karena kemudian hari-hari lebih banyak terlewati di luar rumah dengan organisasi atau aktivitas lain-lain yang bisa membuat saya positif thinking dan juga bisa tersenyum bersama teman-teman. Ah, alangkah semunya... padahal hati berbicara ingin segera menjemput bahagia...


Yupz, kebahagiaan itu berurai di luar, dimana saya menemukannya. Meski pada semak belukar dan rimbunan pepohonan yang sedang gugur di musim kemarau. Tak ada yang sempurna menjalani kehidupan ini. Sakit, pedih, hingga pernah terusir karena saya orang lain di waktu dulu. Duhai, ayah bunda... belum juga saya sempat menabur suka dan balas jasa, Allah berkehendak lain dan lebih menyayangi dengan memanggil terlebih dulu di saat saya belum mandiri. Kini... saya sudah bekerja, rasanya ingin berurai do'a sepanjang siang malam terpanjat, agar ayah bunda selalu bahagia di sisi-Nya.