Monday 18 January 2010

mencari Andi...

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Siapa Andi? Mengapa saya harus mencarinya?
Mungkin ini yang terbaca saat saya memberi judul pada tulisan kali ini.

Ya, hanya dia yang saya hapal namanya sampai sekarang. Tokoh anak kecil yang saya buatkan pula kisahnya dalam bentuk cerpen di buku Antologi Cerpen 1210 hari berkarya, sebuah persembahan...
Memang tidak nyata kisah tersebut, tapi di sisi lain banyak perihal nyata yang saya tuliskan di sana.

Andi saya kenal pertama saat bulan Ramadhan, kira-kira tiga atau empat tahun yang lalu. Bersama teman-temannya kami selalu mengobrol apa saja, bahkan kadang pergi piknik bersama, meski hanya mengunjungi Masjid Istiqomah. Saya musti bolak-balik mengambil dan menjemput mereka, karena jumlahnya banyak. Rumah mereka berada di daerah Klandasan. Pekerjaan mereka adalah tukang parkir.
Entah kenapa, saya hanya mengingat nama Andi. Dia paling kecil, paling dekil dan paling ribut. Mungkin karena ia seperti itu, maka saya lebih dekat dengannya.

Teringat saat setiap saya parkir motor di depan Foto Surya (sebrang Masjid At-Taqwa, samping Bank Muamalat), mereka begitu hapal dengan motor saya. Saat saya pergi dan kembali, mereka sudah mengerubunginya seperti semut yang mendapatkan gula. Atau ketika saya ijin pulang ke mereka, salah satu temannya meminta uang parkir, maka yang lain mengatakan tidak perlu bayar, tapi saya tetap bayar ke temannya itu, karena sepertinya ia baru saja bergabung.

Atau juga ketika kami makan bersama di emperan toko di suatu sore, berdo'a bersama, saling mendengarkan cerita saat saya dan teman mendongeng untuk mereka.

Dan waktu begitu cepat berlalu...

Saya sudah tidak bekerja lagi di area Masjid Istiqomah, lalu motor saya juga sudah berganti, kerja saya jauh dari mereka apalagi dari pagi sampai sore.
Keinginan untuk bersama mereka lagi, sungguh sangat saya rindukan. Akhirnya saya bertekad mencari mereka, terutama Andi. Bagaimana rupanya? Apa sekarang kegiatannya?

Saya sengaja mengajak teman untuk mencarinya di daerah pasar tradisional Klandasan itu, hari Senin setelah saya pulang kerja, ijin ke orang tua ada keperluan dan pulang malam.
Motor kami parkir di tempat yang nyaman dan segera

Mula-mula kami mencari dari Masjid At-Taqwa, lalu menyusuri jalanan besar dari Foto Surya menuju Rumah Padang. Masuk dan keluar pasar.  Menjelang maghrib, sholat, dan melanjutkan pencarian. Lalu bertemu segerombolan anak, dan bertanya pada mereka, "Dik, tahu nggak yang namanya Andi? Dulu dia tukang parkir dan punya temen namanya Anti, kalo gak salah?" tanya saya setengah ragu mengingat nama-nama yang lain, yang berkaitan dengan pencarian ini.
"Oh, kenal, Bu. Kalo Anti itu kakaknya, saya sepupunya. Dulu Anti kerja, tapi sekarang sudah berhenti," jawab salah satu dari mereka.
"Oh ya. Wah, bisa bantuin nyari Andi, nggak? Saya cuman pengen ketemu aja..." lalu saya ceritakan mengapa saya mencari Andi ke mereka.
"Biasanya dia ada main PS di Gang At-Taqwa, Bu. Atau di belakang dekat rumah. Tapi sekarang dia jadi peminta-minta di dalam pasar sana, jam setengah delapan malam dia selalu ada di sana," mereka menjelaskan keberadaan Andi.

"Gimana, ukht? Kita cari aja dia di tempat main PS, atau kalau nggak kita masuk lagi ke pasar," tanya saudara saya.
Saya sendiri sedang bermain-main dengan pikiran sendiri, tak terlalu memperhatikan jalan atau hal-hal lain di sekitar saya. Andi menjadi peminta-minta? Main PS?
Sejujurnya saya bingung, apa yang akan saya lakukan selanjutnya.
Teman saya pamit sebentar dan saya menunggu, sambil menulis sesuatu di dalam buku saya, di emperan Bank Muamalat. Tiba-tiba saya sudah dikejutkan dengan teriakan dari sepupu Andi yang tadi memberikan info, "Bu, itu Anti, kakaknya Andi...!" dia menunjuk ke belakang saya.
MasyaAllah, hampir saja saya terlonjak karena kaget. Anti sudah berdiri di belakang saya tepat. Wajahnya sudah berubah menjadi penuh riasan, telinganya bertindik dua di sebelah kiri, dengan penampilan baju khas anak muda. Inikah wajah kecil yang dulu pernah juga saya kenal?

"Ada apa, Kak?" sapanya.
Ah, saya segera tersadar dari lintasan pikiran tentang anak yang sudah meremaja ini.
"Anti, Andi kemana?" tanya saya.
"Tidak tahu..."
"Lhoh, kok tidak tahu? Anti 'kan kakaknya?" tanya saya semakin kaget.
"Dia nggak pernah pulang, Kak..."
"Tak pernah pulang? Memang dia kemana? Tidak pernah dicari bareng orang tua?"
"Dicari juga, tapi dianya nggak mau pulang..."
"Gitu, yah..." tiba-tiba saya sudah jadi lemes.

"Ehm, Anti bisa bantu cari Andi?" tanya saya kemudian.
"Enggak bisa, Kak. Soalnya saya lagi ada masak di rumah."
"Oh iya, deh. Makasih, yah Anti. Silakan kembali aja. Sekali lagi makasih, yah..."
Anti pun berlari menuju daerah perkampungan di belakang ruko-ruko itu. Tiba-tiba sudah menghilang.

Saya... saya masih berpikir. Masih belum memahami untuk semuanya. Sejujurnya tidak siap dengan semuanya ini, padahal saya pikir, saya akan bertemu mereka yang dulu saya kenal, saling tersenyum dan bercanda. Ternyata bilangan tahun benar-benar telah merubah semuanya. Anti sekarang kelas 1 SMP, sesaat tadi ia bercerita sekilas.
Sambil menunggu teman kembali, saya pun menuliskan kembali pada buku di tas. Pertemuan dengan Anti itu ataupun dengan teman-temannya.

Nah, itu dia. Teman saya sudah kembali. Kami pun berjalan menyusuri jalanan malam yang sudah ramai hiruk-pikuk kendaraan di sana-sini. Menenteng tas ransel, saya dan teman akhirnya memutuskan masuk ke perkampungan mereka. Walaupun sebenarnya saya rada cemas, karena mengingat kami bukan siapa-siapa di daerah itu. Bagaimana jika penduduk di sana saling bertanya-tanya, kenapa kami mencari Andi? Wah, pokoknya saya benar-benar tidak berani (padahal biasanya saya berani untuk menghadapi hal-hal baru, tetapi saya rasa ini lain - belum lagi berita di televisi yang menceritakan tentang dunia anak jalanan dengan berbagai kasus, seraaaammm). Namun saya sudah bertekad ingin bertemu saat itu juga, karena di waktu lain saya belum tentu punya banyak waktu lagi saat luang.

Kami bertanya dengan beberapa orang di sana-sini, di mana biasanya anak-anak bermain PS. Lalu kami melintasi gang-gang sempit yang penuh lumpur karena hujan telah mengguyur sejak sore hari dan masih rintik-rintik ketika itu. Akhirnya kami sampai ke dalam sebuah rumah yang menghadap ke pantai, di mana anak-anak bermain PS di sana. Lalu kami bertanya, dan dari dalam muncul sepupu Andi yang di sore tadi sambil berkata kepada teman-temannya bahwa ia tahu maksud kami datang ke sana.

Lalu muncullah anak kecil, yang sepertinya saya hampir kenal dengan wajahnya. Ternyata ia adiknya Andi.
"Ya Allah, emang ada berapa sih kakak beradik ini?" tanya hati saya.
Mana semuanya usianya tidak jauh beda. Tapi lupakan saja. Kami menuju keluar gang sempit itu bersama-sama mereka sekarang, dan mereka bercerita kalau tadi sempat menemukan Andi, tetapi ketika dipanggil ia tidak mau dan malah lari.
Saya semakin terkaget-kaget.
Sesampai di depan gang, teman saya memberikan mereka uang saku sebagai imbalan informasi dan bantuan mereka yang begitu baik. Saya sendiri tiba-tiba teringat buah apel yang ada di tas, dan saya berikan ke mereka.

Apa dia sudah sekolah lagi, ya? Karena dulu ia ikut sekolah terbuka saja, dan sempat ikut pembinaan salah satu yayasan di kota ini (Balikpapan). Tiba-tiba rasa bersalah begitu menyeruak di hati saya. Terlalu lama saya tidak bersinggungan dengan mereka, membiarkan mereka terlepas dari genggaman karena aktivitas-aktivitas saya. Jika saat itu saya bertemu, kami berencana makan bersamanya atau dengan teman-temannya. Sudah tiga kali kami menyusuri isi dalam pasar, tapi tidak bertemu juga. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti mencari saja, karena waktu sudah menunjukkan setengah sembilan malam.

Saya tak bisa berpikir jernih, sehingga pertanyaan atau kata-kata teman saya terabaikan begitu saja (deuh, punten jiddan yah sodaraku...). Setelah selesai makan di salah satu sisi luar pasar di sebuah warung yang menghadap pantai, kami pun pulang ke rumah masing-masing.

Sampai sekarang pun, saya masih berkeinginan. Semoga saya masih ada waktu untuk memperbaiki keadaan ini dan dapat menjangkau mereka lagi untuk diajak belajar atau kegiatan apapun seperti dulu.

Pernah juga saya bergabung dengan teman-teman untuk mengajar anak-anak jalanan di Kampung Pemulung Stal Kuda, tapi hanya bertahan beberapa bulan. Apa yang saya rasakan berbeda, saya tidak terlalu akrab dengan anak-anak di sana, karena mereka tidak mau memperhatikan pelajaran dan sulit untuk diberitahu tentang sesuatu. Mungkin karena mereka berbeda dari segi pendidikan dan kemapanan, mereka tidak bisa saya bilang anak-anak jalanan. Orang tua mereka jauh lebih mapan, dan lingkungan sekitarnya sudah penuh dengan nuansa modernisasi. Lantas, di wilayah ini berdiri juga sebuah yayasan dari milik perusahaan minyak yang membantu pendanaan untuk kegiatan mereka.

Ya, dengan anak-anak jalanan lepas, seperti yang saya tangani di Klandasan dulu, meski mereka berada di dunia yang keras, justru mereka lebih mudah diarahkan.

Saya sungguh tahu, kemampuan saya sangat terbatas. Namun, saya ingin sekali menjadi banyak manfaat untuk sekitar saya. Mungkin ini kecil bagi siapapun, tetapi bagi saya besar nilainya, menyelamatkan generasi untuk dapat berpegang teguh pada agamanya. Sungguh miris merasakan mereka menjadi tanpa arah dan bertindak tak baik pada sekitarnya.

Ah, cita-cita kecil yang masih jauh untuk ditempuh, semoga banyak lagi yang bisa saya lakukan untuk sekitar saya di sisi lainnya. InsyaAllh...

----------------

Ya Allah, panjangkan usiaku dan perkenankan aku untuk bermanfaat bagi sekitar di sepanjang kehidupanku...


15 comments:

nila _rw said...

T__T mengharukan mba, semoga dipertemukan kembali

Dayan Nouk said...

smg tidak menjadi korban si BABE

tini alkhansa said...

kirain andi maulana..:)

Likah - Syafa Azizah said...

amiin...

Likah - Syafa Azizah said...

semoga ia baik-baik saja dan bisa terlepas dari dunia itu...
agar kembali bisa belajar dan bersosialisasi dengan orang-orang baik di sekitarnya...

Likah - Syafa Azizah said...

hehe, bukan. penonton kecewa, yah... :)

Andiah Zahroh said...

turut mengimin doa mbak..
Semoga, lain kali bisa bertemu Andi :)

Likah - Syafa Azizah said...

terima kasih...
semoga demikian... bertemu dengannya lagi...

Dayan Nouk said...

amin

aNdieiRfaN nobinobi said...

Amin.

Semangad.!!

Aku kira Andie saiya lho., kalau andie saiya pasti bisa ketangkap krn wanginya. xixixi

*molto bnged deh*

Likah - Syafa Azizah said...

amiin allahuma amiin...

hehehe, banyak yah yang namanya Andi...
hmmm, musti diseleksi, bisa-bisa mengaku-ngaku kalau dia Andi yang saya cari, hehehe...

aulia 87 said...

salut mba
semoga bisa ketemu andi ya mba

Likah - Syafa Azizah said...

jazakillah ya ukhti...

amiin...
insyaAllah...

Haqrah Dewi Safytra said...

jadi ingat "MENCARI HERMAN"-nya DEE di Filosofi Kopi

Likah - Syafa Azizah said...

wah, iya ya... ^^