Tuesday 21 February 2012

(3) Ini tentang my lovely daughter… Zahrah…

Setelah diam-diam menyusup, eh melakukan niat untuk pergi ke Mall BC, aku pun segera pergi dengan hati riang gembira, halah . Sampai di sana, aku berpapasan dengan seorang teman sedang membaca buku di Gramedia bersama keluarganya. Kami ngobrol sebentar, dan aku pun melanjutkan niatku untuk segera membeli barang yang aku incar sudah beberapa waktu ini ke tempat penjualnya. Setelah selesai bertransaksi, aku pun segera ingin bergegas pulang.

Mendekati pintu depan Mall, ternyata berpapasan juga dengan dua teman dan ngobrol sedikit saja. Mereka begitu kaget setelah kuceritakan bahwa aku sudah bukaan satu, mereka panik dan takut jika aku melahirkan di Mall tersebut bagaimana? Aku hanya tersenyum. InsyaAllah, semoga tidak demikian. Aku yang malah menenangkan mereka.

Segera setelah sampai di rumah, aku pun mulai memberi pita kecil warna orange muda pada kotak kecil, milik barang yang tadi kubeli. Jadi lebih cantik rasanya. Aku menaruhnya dekat jendela kamar kami .

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba perutku terasa mulas . Aku melihat jam, sekarang sudah setengah sepuluh malam. Rasa mulas itu kian menjadi-jadi, aku tidak kepikiran apakah ini akan melahirkan atau tidak. Aku mencoba menarik napas dalam-dalam seperti yang diajarkan di senam hamil yang aku ikuti agar rileks. Tapi aku malah merasa aneh, karena sakitnya malah kian terasa gimana gitu. Aku terus-menerus beristighfar.

Aku menelepon suami untuk menanyakan kapan pulangnya. Katanya sebentar lagi selesai. Aku tetap mencoba rileks, walau keringat sudah bercucuran, aku tetap tidak berpikir apa-apa, hanya konsentrasi pada keadaan ingin tidak panik saja.

Jam setengah sebelas suami baru datang, dan demi melihatku seperti itu, dia segera pergi lagi sebentar  ke toko setelah memastikan keadaanku akan baik-baik saja untuk sementara. Dia pulang membawa minuman juice dan juga susu cair. Aku berusaha meminumnya salah satu. Di saat sedang minum itu, suami melihat bungkusan kecil berpita di dekat jendela. Ia bertanya itu apa, aku memintanya membuka sambil tersenyum meringis menahan sakit. Dia lalu membukanya dan menciumku. Ya, itu adalah kado untuk miladnya besok tanggal 12 April 2011. Kami tertawa bersama. Kemudian dia menanyakan padaku apakah aku kedinginan, karena dia melihatku seperti sedang menggigil, aku bilang tidak, aku sedang menahan sakit .

Tiba-tiba suami seperti teringat sesuatu dan meminta aku agar mengecek ke kamar mandi, mungkin sudah keluar darah dan lender seperti yang dibilang bidan jika akan tiba melahirkan. Setengah kesulitan berjalan, aku pun ke kamar mandi, dan ternyata benar yang dimaksud suami. Kami pun bersiap-siap, dan aku segera mengenakan jilbabku. Syukurnya beberapa hari baju-baju sudah aku persiapkan di tas yang kuletakkan dekat kamar. Jadi sewaktu-waktu tinggal bawa saja. Usia kandungan tujuh bulan aku sudah belanja semua perlengkapan untuk melahirkan dan mencucinya, biar tidak tergesa di saat-saat seperti ini.

Di perjalanan aku merangkul suami dengan erat menahan sakit. Aku memintanya agak ngebut sedikit asal tidak melewati jalan yang menanjak, mengingat kota minyak ini memang penuh dengan jalan berbukit-bukit. Jalan luar memang lebih panjang dan memakan waktu, tapi membuatku agak tenang karena jalannya rata atau datar. Mendekati gang tempat bidan kami biasa konsultasi, aku meminta suami berhenti sejenak, sakit kian terasa sekali. Lalu perjalanan dilanjutkan tinggal kurang lebih 10 meter lagi .

Sampai di sana, suami mengetuk pintu dan disambut oleh bidan yang biasa menanganiku. Rupanya itu waktu jaganya, dia juga sedang hamil, pun sedang menunggu hari juga, tapi melihatnya begitu aku jadi semangat dalam hati saja. Aku berhenti dan terbaring di ruang tamu yang ada sofanya. Sementara bidan hilir mudik mengambil biodata yang harus diisi suami, mempersiapkan kamar bersalin dan meminta bantuan bidan lain yang saat itu juga berjaga.

Aku diminta berjalan ke ruang bersalin, tapi kubilang sudah tidak kuat. Lalu aku diambilkan kursi roda dan segera diangkut ke kamar yang dimaksud. Aku diminta ke kamar mandi di dalam ruang bersalin untuk ini dan itu, lalu kembali pembaringan. Diperiksa sudah bukaan empat. Melihat suasana ruang bersalin aku menjadi sedikit ngeri. Penuh suasana horror dan membuat nyaliku menciut, karena aku memang tak berkeinginan untuk masuk rumah sakit atau semacamnya. Maka ketika diperiksa tekanan darahku, terlihat sedikit tinggi. Mulutku tak henti-hentinya terus berdo’a dan beristighfar agar Allah memudahkan semuanya ini.

(to be continued)

2 comments:

Budiarto Her said...

subhanlloh jadi seperti membaca ulang cerita istriku pada saat mau melahirkan...

Likah - Syafa Azizah said...

jazakallah... alhamdulillah, Allah memudahkan beliau saat melahirkan juga ya, akhi... ^^